JurnalPatroliNews – New York – Para pekerja Starbucks tiba-tiba mogok besar-besaran di Amerika Serikat (AS), Kamis waktu setempat. Mereka meninggalkan pekerjaan selama agenda event penting “Red Cup Day”.
Mengutip Reuters, para pekerja menuntut peningkatan staf dan perbaikan jadwal. Pernyataan resmi juga diberikan serikat pekerja Workers Unites di media sosial (medsos) X.
“Tidak ada kontrak, tidak ada kopi,” teriak para pekerja di di luar gerai Starbucks Astor Place di kampus Universitas New York.
Kemarahan pekerja dimulai akibat kurangnya SDM. Pesanan minuman yang menumpuk karena minimnya karyawan akhirnya membuat staf menerima pelecehan dari pelanggan yang karena frustrasi karena waktu tunggu yang lama.
Worker United sendiri mewadahi 9.000 karyawan Starbucks di 360 toko di AS. “Saya ingin melihat gaji yang lebih tinggi dan lebih banyak staf di Starbucks,” kata Mary Boca (22).
Tak diperbolehkannya pelanggan memberi tips juga menjadi masalah lain. Padahal karyawan bisa mendapat tambahan hingga US$ 100 di setiap gaji.
Starbucks berada di hampir 10.000 lokasi di AS. Perusahaan mengaku kurang dari 3% dari toko diwakili oleh serikat pekerja.
Awal bulan ini, Starbucks sempat mengatakan akan menaikkan gaji per jam untuk pekerja ritelnya di AS setidaknya sebesar 3% mulai tahun 2024. Namun ini dikecam pekerja yang mengingat kenaikan pendapatan perusahaan 11% di kuartal keempat (Q4) kemarin.
Red Cup Day sendiri merupakan hari di mana Starbucks membagikan cangkir bertema liburan berwarna merah ke pelanggan. Cangkir ini dapat digunakan kembali secara gratis kepada pelanggan saat membeli kopi.
Komentar