PM Rumania Mundur, Stabilitas NATO dan Uni Eropa Terancam

Dalam pemilu yang berlangsung Minggu lalu, George Simion dari partai nasionalis Aliansi untuk Persatuan Rumania (AUR) mencatat kemenangan besar dengan memperoleh sekitar 41% suara. Ia akan berhadapan dengan kandidat independen berhaluan tengah, Wali Kota Bucharest Nicusor Dan, di babak final. Sementara itu, calon koalisi pemerintah, Crin Antonescu, hanya menduduki peringkat ketiga — pukulan telak bagi kekuatan penguasa saat ini.

Kondisi Politik yang Rapuh, Potensi Dampak Luas

Walaupun PSD sempat mendominasi pemilu legislatif pada 1 Desember lalu, kekuatan politik sayap kanan kini semakin besar. AUR bersama dua partai pro-Rusia kini mengontrol lebih dari sepertiga kursi parlemen, membentuk blok oposisi yang tidak bisa diabaikan.

Kemenangan Simion berpotensi membawa dampak yang signifikan secara regional dan internasional. Analis politik dan pelaku pasar mengkhawatirkan dampaknya terhadap stabilitas kawasan, khususnya karena Rumania selama ini menjadi garda depan NATO dalam mendukung Ukraina melawan invasi Rusia.

Profesor Cristian Pirvulescu dari Sekolah Ilmu Politik Nasional Rumania menyebut situasinya mengkhawatirkan. “Risikonya bukan hanya untuk Rumania, tapi juga Uni Eropa jika George Simion menang. Bisa memperkuat posisi kelompok anti-Uni Eropa, bahkan memengaruhi arah politik di Italia dan pemilu presiden Polandia mendatang,” ujarnya.

Sistem pemerintahan semi-presidensial Rumania memberikan wewenang besar kepada presiden, termasuk menunjuk perdana menteri, kepala lembaga hukum dan intelijen, hingga menentukan arah kebijakan luar negeri. Presiden juga menjadi figur sentral dalam Dewan Keamanan Nasional dan memiliki hak veto di berbagai isu krusial di Uni Eropa.

Saat ini, Rumania dipimpin oleh pemerintahan sementara yang terbatas wewenangnya. Negara ini tengah menghadapi defisit fiskal terparah di kawasan UE dan terancam kehilangan peringkat kelayakan investasi jika tidak segera melakukan penyesuaian anggaran yang serius.

Bayang-bayang Intervensi Asing dan Kandidat Kontroversial

Pemilu presiden tahun ini merupakan pemungutan suara ulang setelah sebelumnya dibatalkan lima bulan lalu akibat dugaan campur tangan asing, khususnya dari Rusia. Calon sayap kanan Calin Georgescu sempat dituding sebagai penerima dukungan dari Moskow, hingga akhirnya didiskualifikasi.

Meski Georgescu dilarang kembali mencalonkan diri, George Simion secara terbuka menyatakan bahwa ia mempertimbangkan untuk mengangkat Georgescu sebagai perdana menteri bila dirinya memenangkan putaran kedua nanti.

Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) menyatakan bahwa penyelenggaraan pemilu kali ini berlangsung efisien, namun mereka menyoroti sejumlah kelemahan seperti kurangnya transparansi dalam administrasi, lemahnya pengawasan kampanye digital, dan regulasi pencalonan yang terfragmentasi.

Mengenai dugaan keterlibatan pihak asing, OSCE menekankan bahwa penyelidikan lebih lanjut menjadi tanggung jawab pemerintah nasional Rumania.

Komentar