Presiden Peru Dina Boluarte Disorot Usai Lipat Gandakan Gaji di Tengah Krisis

JurnalPatroliNews – Jakarta – Presiden Peru, Dina Boluarte, kembali menjadi sorotan tajam publik setelah menandatangani dekrit yang mengesahkan kenaikan drastis gajinya sendiri. Langkah tersebut memicu kemarahan rakyat yang menilai pemimpin negara mereka telah kehilangan empati terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat.

Lewat kebijakan terbaru ini, pendapatan bulanan Boluarte melonjak dari sekitar 4.400 dolar AS menjadi lebih dari 10.000 dolar AS—setara dengan Rp160 juta. Artinya, naik lebih dari dua kali lipat atau 127 persen.

Kementerian Ekonomi Peru, melalui menterinya Raúl Pérez Reyes, mencoba membela keputusan tersebut. Ia menyatakan bahwa sebelumnya, gaji Presiden Peru adalah terendah kedua di kawasan Amerika Latin, sehingga penyesuaian dinilai wajar.

Namun, argumen ini tak meredam gejolak. Kenaikan gaji Boluarte kini dibandingkan dengan upah minimum di Peru yang hanya sekitar 1.025 Soles (Rp4,7 juta)—menjadikannya sekitar 35 kali lipat lebih tinggi dari penghasilan pekerja biasa.

Gelombang protes pun tak terbendung. Warga menyuarakan kekecewaan mereka lewat aksi demonstrasi di berbagai wilayah. Dalam kunjungan presiden ke Arequipa, kemarahan warga memuncak hingga menyebabkan mobil kepresidenan dilempari batu dan telur.

Banyak warga menjuluki Boluarte sebagai pemimpin “tuli hati” karena dinilai abai terhadap penderitaan rakyat yang tengah bergulat dengan tekanan ekonomi.

Perlu diketahui, Dina Boluarte tidak terpilih melalui pemilu langsung. Ia naik jabatan pada Desember 2022 setelah pendahulunya, Pedro Castillo, dimakzulkan. Saat itu, ia menjabat sebagai wakil presiden dan otomatis menggantikan posisi kepala negara.

Sejak menjabat, Boluarte kerap didera polemik. Ia tengah menghadapi beberapa penyelidikan, termasuk dugaan penerimaan hadiah tak wajar dan penyalahgunaan kekuasaan, seperti saat ia menyerahkan tanggung jawab kepresidenan kepada pejabat sementara hanya demi menjalani operasi plastik pada bagian hidung.

Kini, keputusan menggandakan gaji di tengah situasi ekonomi yang sulit mempertebal citra negatif kepemimpinannya di mata rakyat Peru.

Komentar