JurnalPatroliNews – AS – Perusahaan pertahanan asal Amerika Serikat, Raytheon, mencatatkan keuntungan miliaran dolar seiring dengan meningkatnya produksi senjata dan peralatan militer yang dikirim ke Ukraina di tengah invasi Rusia.
Sebelum konflik meletus pada Februari 2022, Raytheon sempat mengalami kesulitan menjual produknya, tetapi kini situasinya berubah drastis.
Raytheon Missiles & Defense (RMD), divisi Raytheon yang fokus pada produksi rudal, dilaporkan mendapatkan keuntungan besar dari pesanan senjata ke Ukraina. Berdasarkan analisis yang dirilis oleh kantor berita Rusia, Sputnik, pada Jumat, 11 Oktober 2024, RMD telah memproduksi sistem rudal NASAMS, serta rudal Stinger dan Javelin, yang dikirim ke Ukraina sejak awal konflik.
Perusahaan yang terkenal dengan sistem pertahanan udara Patriot ini telah melaporkan peningkatan penjualan selama lima kuartal berturut-turut sejak kuartal IV 2022.
Sebelum itu, RMD mengalami penurunan penjualan, terutama pada kuartal IV 2021 yang mencatat penurunan 8% dari tahun sebelumnya. Namun, situasi berubah dengan datangnya pesanan senjata untuk Ukraina, seperti kesepakatan senilai $698 juta untuk NASAMS, yang berkontribusi pada 17% dari penjualan baru sebesar $4,1 miliar pada kuartal IV 2022.
Selain itu, pada Juni 2023, RMD memperoleh kontrak senilai $1,15 miliar untuk pengadaan rudal udara ke udara jarak menengah AIM-120 D-3 dan C-8 (AMRAAM), yang akan dikirimkan ke 18 negara, termasuk Ukraina.
Komentar