Rusia – Eropa Makin Memanas, Setelah Pipa Nord Stream 2 Meledak, Siapa yang Untung

JurnalPatroliNews – Jakarta – Hubungan antara Rusia dan Eropa makin memanas setelah ledakan pipa gas Nord Stream 1 dan 2. Benua biru menuduh Moskow sebagai biang keladi di balik insiden itu, meski dibantah oleh pihak Vladimir Putin.

Namun para ahli Eropa yakin bahwa kejadian itu merupakan aksi sabotase. Bahkan, banyak pihak yang menuding ini merupakan aksi yang dilakukan oleh Rusia.

“Ada beberapa indikasi bahwa itu adalah kerusakan yang disengaja,” kata seorang sumber keamanan Eropa, kepada Reuters, dikutip Minggu (2/10/2022).

“Anda harus bertanya: siapa yang akan untung?,” tambahnya.
Tak hanya pakar, kepala negara Eropa juga menyampaikan hal serupa. Terbaru, sebagaimana dikutip Jumat (30/9/2022), Menteri Energi Spanyol Teresa Ribera bahkan langsung menunjuk Kremlin sebagai pihak yang kemungkinan bertanggung jawab atas kebocoran yang akhirnya memuntahkan gas ke Laut Baltik itu.

“Itu adalah tindakan yang disengaja dan menurut saya itu sangat mungkin terkait dengan dorongan untuk provokasi terus-menerus oleh Kremlin,” kata Ribera kepada wartawan.

Aliansi militer NATO, yang diikuti kebanyakan negara-negara Eropa dan rival dari Moskow, juga ikut buka suara. Aliansi ini juga menyebut kebocoran dan kerusakan pipa ini merupakan hal yang disengaja, tanpa merujuk secara langsung pada Rusia.

“Semua informasi yang tersedia saat ini menunjukkan bahwa ini adalah hasil dari tindakan sabotase yang disengaja, sembrono, dan tidak bertanggung jawab.

Kebocoran ini menyebabkan risiko pengiriman dan kerusakan lingkungan yang substansial,” papar aliansi militer itu.

Sebelumnya, otoritas maritim di Denmark dan Swedia melaporkan beberapa kebocoran dalam pipa yang biasanya mengaliri gas dari Rusia ke Eropa via Laut Baltik itu.

Dalam beberapa foto yang dirilis resmi, terlihat beberapa titik kebocoran mengeluarkan buih-buih di permukaan laut.

Melansir BBC, AS yakin bahwa Rusia merupakan pihak yang harus disalahkan atas kejadian ini. Menteri Energi AS Jennifer Granholm mengatakan penyelidikan sedang dilakukan untuk mengetahui penyebabnya.

“Tidak mungkin ini insiden ini kebetulan,” meski dia tidak menyodorkan bukti untuk insiden yang dituding sebagai ‘sabotase’ ini.

Rusia juga sudah membantah tudingan tersebut, yang mengatakan tindakan merusak pipa itu adalah “bodoh dan tidak masuk akal”.

Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengatakan insiden itu adalah sebagai tindakan terorisme internasional.

Sebelumnya Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, AS mendapatkan manfaat dari tidak beroperasinya Nord Stream 2, karena dapat meningkatkan penjualan gas alamnnya. Meski dibantah oleh pihak gedung putih.

“Ini kemungkinan besar merupakan sabotase, jika ada satu insiden pipa pecah atau kebocoran maka biasanya kerusakan terjadi karena tidak disengaja itu pun sangat jarang,” kata Mike Fulwood dari Oxford Institute for Energy Studies.

“Penyebab paling mungkin terjadi akibat jangkar yang dijatuhkan dan diseret melintasi pipa,” katanya.
Pakar Teknik Energi dari Penn State University Russell Johns mengatakan Ledakan pada air juga sulit terjadi melihat adanya tekanan air.

Dia yakin tidak mungkin Rusia meledakan pipanya sendiri.”Tidak mungkin bahwa Rusia meledakan pipa mereka sendiri. mereka bisa saja memotong gas ke pintu masuk pipa,” jika mereka ingin menghentikan pasokan.

Uang yang terus diterima Rusia dari penjualan bahan bakar fosilnya itu juga turut membantu mendanai invasinya ke Ukraina.

Komentar