Rusia: Ratusan Pendemo Anti-Perang Ditangkap, Tolak Seruan Putin Mobilisasi 300.000 Tentara Cadangan Untuk Perang di Ukraina

JurnalPatroliNews – Polisi Rusia dilaporkan telah menangkap ratusan pengunjuk rasa yang berdemonstrasi menentang keputusan Kremlin memanggil ratusan ribuan pasukan tambahan untuk berperang di Ukraina.

Kelompok hak asasi manusia Rusia OVD-Info menyebutkan, total yang ditangkap lebih dari 1.000 orang. Jumlah terbesar yang ditangkap berada di kota St. Petersburg dan Moskow.

Lusinan orang ditahan di Irkutsk dan kota-kota Siberia lainnya, serta Yekaterinburg.

Tiket penerbangan dari Rusia ke luar negeri terjual habis dengan cepat setelah pengumuman Vladimir Putin.

Presiden Rusia itu memerintahkan mobilisasi parsial, yang berarti sekitar 300.000 tentara cadangan – tetapi bukan wajib militer – akan direkrut untuk mendukung pasukan Rusia yang telah mengalami kekalahan di medan perang baru-baru ini di Ukraina.

Langkah itu dilakukan sehari setelah wilayah pendudukan Ukraina mengumumkan referendum cepat untuk bergabung dengan Rusia.

Dalam sambutannya yang dikutuk oleh Ukraina dan sekutunya, Putin menekankan akan menggunakan “semua cara yang tersedia” untuk melindungi wilayah Rusia – termasuk menyiratkan penggunaan senjata nuklir.

Peringatan keras ke pengunjuk rasa

Kantor kejaksaan Moskow pada hari Rabu memperingatkan, seruan di internet untuk bergabung dengan protes jalanan atau berpartisipasi di dalamnya dapat dikenakan hukuman hingga 15 tahun penjara.

Netizen yang menyebarkan seruan itu dapat dituntut dengan undang-undang yang melarang mendiskreditkan angkatan bersenjata, menyebarkan “berita palsu” tentang operasi militer Rusia di Ukraina, atau mendorong anak di bawah umur untuk berdemo.

Hukuman keras di Rusia saat menyebarkan “disinformasi” tentang perang Ukraina dan intimidasi polisi terhadap para aktivis anti-Putin telah membuat aksi protes anti-perang publik jarang terjadi.

Tetapi, kelompok oposisi anti-perang, Vesna menyerukan protes yang meluas, dan di Telegram dilaporkan banyak penangkapan di seluruh Rusia.

Sebuah klip video dari Yekaterinburg menunjukkan polisi dengan kasar menggiring pengunjuk rasa ke dalam bus.

Vesna menyebut aksinya “tidak untuk mogilisasi” – permainan kata-kata, karena “mogila” dalam bahasa Rusia berarti kuburan.

Pavel Chikov, pengacara untuk kelompok hak asasi manusia Rusia, Agora, mengatakan lembaganya telah menerima 6.000 pertanyaan ke hotline sejak Selasa pagi, dari warga Rusia yang menginginkan informasi tentang hak-hak tentara.

Sementara itu, penerbangan ke tujuan populer seperti Istanbul di Turki dan Yerevan di Armenia mengalami lonjakan, dan harga kursi yang tersisa meroket tajam.

Harga penerbangan dari Moskow ke Istanbul atau Dubai mencapai Rp135 juta untuk kelas ekonomi sekali jalan menyusul pengumuman Putin, Associated Press melaporkan.

‘Benar-benar semua orang takut’

Langkah mobilisasi tentara cadangan oleh Kremlin diambil menyusul kerugian besar di Ukraina, di mana pasukan Kyiv telah merebut kembali wilayah yang luas di timur Kharkiv.

Kontrol Presiden Putin atas media pemerintah telah memastikan banyak orang Rusia mendukung klaimnya bahwa pemerintah “neo-Nazi” Ukraina dan NATO mengancam Rusia.

Ditambah, klaimnya Putin yang menyebut etnis Rusia di Ukraina harus dipertahankan.

Pada kenyataannya, pemerintah Ukraina dipilih secara demokratis dan tidak memiliki politisi sayap kanan.

Suara oposisi di Rusia atas keputusan Kremlin sulit diukur, karena pembatasan media sangat ketat.

Gubernur regional pro-Putin di Rusia, yang sekarang harus mengorganisir mobilisasi, menyuarakan dukungan untuk itu.

“Kami tidak akan dilemahkan, terpecah, atau dimusnahkan,” kata Gubernur Ulyanovsk, Alexei Russkikh.

“Wilayah kami, seperti yang lainnya di negara kami, memiliki tugas untuk memobilisasi warga untuk dinas militer.”

Lalu, Gubernur Chelyabinsk, Alexei Teksler mengatakan, mobilisasi diperlukan untuk memastikan “kedaulatan, keamanan, dan integritas teritorial” Rusia.

Namun, para pemuda Rusia telah mengatakan kepada BBC tentang ketakutan mereka atas panggilan itu.

Matvey di St Petersburg berkata “Saya berharap itu tidak akan pernah terjadi”. “Sekarang jelas bahwa Putin tidak akan mundur dan dia akan melanjutkan pertarungan bodohnya kepada warga Rusia terakhir.”

Matvey menambahkan, “Saya seharusnya tidak direkrut selama langkah mobilisasi ini, tetapi tidak ada jaminan bahwa keadaan tidak akan menjadi lebih buruk”.

Evgeny, warga Rusia berusia 31 tahun yang tinggal di Inggris, mengatakan kepada BBC: “Semua orang benar-benar takut, setiap orang mengirimkan informasi yang berbeda tentang mobilisasi. Sangat sulit untuk mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak. Tidak ada yang mempercayai pemerintah.”

Putin serukan mobilisasi

Vladimir Putin telah menyerukan mobilisasi militer, meski tidak dalam skala penuh, dengan menyatakan mereka yang terdaftar sebagai tentara cadangan akan dipanggil.

Putin mengatakan pasukan Rusia menghadapi operasi militer di barat, di garis depan sepanjang 1.000 kilometer di Ukraina.

“Saya kira penting untuk mendukung usul Kementerian Pertahanan untuk melakukan mobilisasi [militer], bukan dalam skala penuh, di Rusia. Saya ulangi: mobilisasi secara parsial. Hanya mereka yang terdaftar sebagai tentara cadangan yang akan dipanggil,” kata Putin dalam pidato nasional, hari Kamis (21/09).

“Prioritasnya adalah mereka yang pernah berdinas di angkatan bersenjata, punya pengalaman dan keterampilan militer,” kata Putin.

Sebelum dikirim ke medan-medan pertempuran, tentara cadangan ini akan menerima pelatihan.

Ia menambahkan dekrit mobilisasi militer secara parsial sudah ditandatangani.

Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, ada sekitar dua juta tentara cadangan di negara tersebut.

Beberapa laporan menyebutkan, jumlah yang dipanggil saat ini sekitar 300.000 personel.

Dalam kesempatan ini, Putin mengatakan Rusia akan mendukung referendum di Luhansk, Donetsk, Kherson dan Zaporizhzhia untuk bergabung dengan Federasi Rusia.

Ia menuduh Barat “memulai perang melawan Rusia di Ukraina pada 2014”.

Komentar