JurnalPatroliNews – Jakarta – Situasi di perbatasan Ukraina-Polandia memanas setelah Rusia melancarkan serangan besar-besaran terhadap Ukraina pada Minggu (17/11/2024).
Serangan ini menghantam berbagai fasilitas, termasuk infrastruktur energi, menggunakan drone Shahed buatan Iran, rudal jelajah, dan rudal balistik.
Menanggapi eskalasi ini, militer Polandia, anggota NATO, meningkatkan kesiagaan. Jet tempur Polandia dikerahkan mendekati perbatasan, sementara sistem pertahanan udara dan radar mereka dinaikkan ke tingkat kesiapan tertinggi.
“Semua pasukan dan sumber daya telah diaktifkan,” ujar militer Polandia, seperti dikutip dari Newsweek.
Di Ukraina, serangan di kota Sumy menewaskan delapan orang, termasuk dua anak-anak, setelah sebuah gedung sembilan lantai dihantam rudal.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengapresiasi kerja sama unit pertahanan udara, termasuk pasukan rudal dan jet tempur F-16, dalam menangkis serangan tersebut.
Serangan ini memicu kekhawatiran akan datangnya musim dingin yang sulit, terutama setelah pembangkit listrik Ukraina diserang.
Tidak tinggal diam, Ukraina juga melancarkan serangan balik ke wilayah Rusia. Di Kursk, sebuah pesawat nirawak Ukraina menewaskan seorang jurnalis lokal.
Di Belgorod, seorang pria tewas akibat bahan peledak yang dijatuhkan drone Ukraina. Serangan serupa juga terjadi di Izhevsk, menargetkan pabrik drone Rusia, meskipun tidak menimbulkan kerusakan besar.
Sejak melancarkan invasi penuh ke Ukraina pada Februari 2024, Rusia mengklaim langkah ini sebagai respons terhadap diskriminasi etnis Rusia di Donbass dan niatan Ukraina bergabung dengan NATO.
Namun, eskalasi yang melibatkan serangan lintas batas kini menimbulkan risiko lebih besar terhadap negara-negara NATO di perbatasan.
Komentar