Senjata Makan Tuan! Industri Maskapai AS Kena Getah Perang Dagang Trump

JurnalPatroliNews – Jakarta – Kebijakan dagang proteksionis yang baru-baru ini diluncurkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mulai memperlihatkan dampak negatif di dalam negeri sendiri. Setelah mengumumkan lonjakan tarif impor untuk sejumlah barang dari berbagai negara—termasuk Indonesia—pada Kamis, 3 April 2025 lalu, kini sektor transportasi udara justru terkena hantaman.

Trump, yang kembali menegaskan visinya untuk memperkuat posisi ekonomi AS, memberlakukan tarif dasar yang lebih tinggi, mekanisme tarif balasan (resiprokal), dan tarif khusus untuk sektor-sektor tertentu. Rencana ini sedianya berlaku mulai 9 April 2025, namun pelaksanaannya diundur selama tiga bulan.

Alih-alih mendongkrak ekonomi, kebijakan ini kini menjadi bumerang. Salah satu sektor terdampak parah adalah industri penerbangan, khususnya maskapai penerbangan hemat biaya atau low-cost carrier (LCC).

Maskapai Hemat Biaya Mulai Goyah

Menurut laporan Reuters, maskapai LCC di Amerika Serikat sedang mengalami tekanan finansial signifikan. Penurunan permintaan akibat ketidakpastian ekonomi yang dipicu oleh perang dagang membuat banyak maskapai harus melakukan efisiensi besar-besaran demi menjaga keuntungan operasional.

Maskapai seperti Southwest, Frontier, dan Jetblue tercatat mengalami penyusutan margin keuntungan secara drastis selama kuartal pertama tahun ini. Berbeda dengan Delta dan United Airlines—dua maskapai layanan penuh—yang masih mampu menjaga kinerja meski pasar melambat.

Kondisi ini menciptakan kesenjangan kinerja yang makin lebar antara maskapai berlayanan penuh dan LCC. Dengan potensi perlambatan ekonomi dan inflasi yang terus mengintai, beban berat berada di pundak maskapai murah yang cenderung lebih sensitif terhadap fluktuasi pasar.

Tekanan terhadap LCC sebenarnya telah terjadi sejak pasca-pandemi. Kini, dengan tambahan hambatan dari kebijakan dagang, maskapai-maskapai ini terpaksa mengurangi jumlah kursi yang ditawarkan dalam upaya menjaga kelangsungan bisnis.

Sementara itu, Delta dan United memilih strategi berbeda: mereka justru memperluas kapasitas layanan dan mulai menarik pemesanan dengan harga tiket lebih kompetitif.

Komentar