JurnalPatroliNews – Moskow – Konflik di Eropa terus berlanjut dengan intensitas tinggi, di mana Rusia mengklaim telah berhasil menggagalkan serangan udara besar-besaran dari Ukraina. Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa sistem pertahanan udaranya telah menembak jatuh 128 drone milik Ukraina yang berusaha menembus wilayah udara Rusia serta Semenanjung Krimea yang telah dikuasai Moskow sejak 2014.
“Sebanyak 128 drone Ukraina berhasil dicegat dan dihancurkan, termasuk 30 unit yang diarahkan ke Krimea,” ungkap pernyataan resmi dari Kementerian Pertahanan Rusia pada Rabu (26/2/2025), sebagaimana dikutip dari AFP.
Serangan drone ini tidak hanya menargetkan Krimea tetapi juga beberapa wilayah Rusia lainnya, seperti Krasnodar yang terkenal dengan resor Laut Hitamnya, serta daerah perbatasan Bryansk dan Kursk. Meski demikian, hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan besar yang diakibatkan oleh serangan tersebut.
Dalam beberapa bulan terakhir, Ukraina semakin gencar melancarkan serangan udara ke wilayah Rusia, terutama terhadap infrastruktur energi dan militer. Langkah ini disebut sebagai bentuk balasan atas rentetan serangan yang terus dilancarkan Moskow terhadap kota-kota dan fasilitas energi di Ukraina.
Sementara itu, perang yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun ini memasuki babak baru dalam arena diplomasi global. Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, kini mengambil pendekatan berbeda dengan mendukung Rusia dalam sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sikap ini menimbulkan dinamika baru yang memengaruhi hubungan internasional dan upaya diplomasi terkait konflik tersebut.
Meski demikian, upaya AS untuk mempengaruhi kebijakan PBB tidak membuahkan hasil. PBB tetap mempertahankan pendiriannya terhadap kedaulatan Ukraina setelah negara-negara Eropa berhasil menambahkan klausul eksplisit yang mendukung integritas wilayah Ukraina dalam rancangan resolusi AS. Akibatnya, Washington terpaksa mengambil sikap abstain dalam pemungutan suara yang akhirnya menghasilkan keputusan dengan 93 suara mendukung, 73 abstain, dan 8 negara menolak, termasuk Rusia.
Di sisi lain, Donald Trump yang berupaya memainkan peran sebagai mediator perdamaian justru menimbulkan ketegangan dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. Kebijakan Trump yang cenderung memihak Presiden Rusia Vladimir Putin juga menimbulkan kekhawatiran di antara negara-negara Eropa yang merasa terpinggirkan dari proses diplomasi perdamaian.
Situasi ini semakin memperumit upaya untuk mencapai resolusi damai di tengah meningkatnya eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina, sementara komunitas internasional terus memantau perkembangan terbaru dari krisis yang masih jauh dari kata usai ini.
Komentar