Setelah Lama Tak Aktif, Jepang Kembali Aktifkan Reaktor Nuklir Selama Olimpiade

JurnalPatroliNews Jakarta – Jepang telah menyalakan kembali pembangkit listrik tambahan, termasuk reaktor nuklir yang sudah lama tidak aktif, dan mengambil langkah lain untuk menghindari krisis listrik karena suhu yang melonjak dan permintaan untuk pendinginan melonjak, terutama di Tokyo, tempat Olimpiade yang akan dimulai pada Jumat (23/07/2021).

Dengan perhatian dunia tertuju pada Tokyo sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Panas di tengah kekhawatiran atas risiko yang ditimbulkan oleh pandemi virus corona, Jepang ingin menghindari terulangnya krisis listrik yang diderita selama musim dingin, ketika perusahaan listrik mendesak pelanggan untuk menjatah penggunaan guna mencegah pemadaman.

Mengutip Reuters, Rabu (21/07/2021), pada awal bulan ini, Kansai Electric Power mengaktifkan kembali reaktor nuklir lain, reaktor kelima yang mulai diaktifkan kembali di Jepang sejak Januari, termasuk unit berusia 44 tahun yang telah ditutup selama sepuluh tahun.

Jepang memiliki sembilan reaktor yang beroperasi, jumlah tertinggi sejak bencana atom Fukushima menyebabkan penutupan industri nuklir Jepang.

Pembangkit listrik berbahan bakar gas dan pembangkit listrik batu bara juga dioperasikan lebih cepat dari jadwal.

Peningkatan kapasitas pembangkit listrik ini memberikan keyakinan Kementerian Perindustrian bahwa pasokan listrik akan mencukupi.

“Kami tidak khawatir tentang pasokan listrik selama musim panas karena dimulainya kembali pembangkit listrik tambahan yang meningkatkan kapasitas,” Yuri Ito, Wakil Direktur di Kementerian Perindustrian yang menangani kebijakan pasokan listrik, mengatakan kepada Reuters.

Jaringan listrik Jepang telah menghadapi periode ketegangan yang intens sejak bencana Fukushima terjadi dan pemerintah mengutamakan pembangkit berbahan bakar lainnya, serta meningkatkan jenis energi terbarukan lainnya ke dalam bauran energi.

Namun Jepang masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, terutama gas alam cair (LNG) dan batu bara yang harus diimpor.

(*/lk)

Komentar