Skandal Besar Crazy Rich Asia: Gautam Adani Terseret Kasus Hukum di AS

JurnalPatroliNews – India – Miliarder asal India, Gautam Adani, tengah menghadapi tuduhan serius di Amerika Serikat.

Pria berusia 62 tahun ini diduga terlibat dalam kasus suap besar-besaran melalui perusahaannya, Adani Green Energy, dengan nilai mencapai ratusan juta dolar. Tuduhan ini mencakup penggelapan informasi kepada investor serta pelanggaran hukum lainnya.

Mengutip laporan AFP, skandal ini bermula dari keputusan Adani untuk membayar suap sebesar lebih dari USD 250 juta (sekitar Rp3,9 triliun) kepada pejabat di India. Uang tersebut bertujuan memengaruhi keputusan perusahaan listrik milik negara agar membeli tenaga surya dari perusahaan Adani, meskipun dengan harga di atas pasar. Skema ini diproyeksikan menghasilkan laba lebih dari USD 2 miliar selama dua dekade.

Lisa Miller, Wakil Asisten Jaksa Agung AS, menjelaskan bahwa Adani dan tujuh eksekutif lainnya diduga terlibat dalam manipulasi besar, termasuk menyembunyikan pembayaran dari investor dan menghalangi penyelidikan pemerintah. FBI juga menemukan bukti berupa dokumen-dokumen internal seperti presentasi dan spreadsheet yang merinci pembayaran suap hingga USD 76 juta untuk kontrak energi besar-besaran.

Meskipun kasus ini terjadi di India, keterlibatan AS muncul karena Adani berhasil menggalang dana lebih dari USD 3 miliar dari investor internasional, termasuk yang berasal dari Amerika. Jaksa AS, Breon Peace, menyatakan bahwa Adani dan eksekutif lainnya telah menyesatkan investor global terkait skema ini.

Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) juga mengecam aksi Adani sebagai “skema penyuapan berskala besar.” SEC menyebut perusahaan Adani telah menarik lebih dari USD 175 juta dari investor AS selama skema ini berlangsung.

Juru bicara Adani Group membantah semua tuduhan tersebut, menyebutnya sebagai tuduhan yang “tidak berdasar.” Mereka menegaskan bahwa perusahaan tetap berkomitmen pada prinsip tata kelola yang transparan dan sesuai hukum di semua yurisdiksi operasinya.

Kasus ini memukul keras saham induk perusahaan Adani, yaitu Adani Enterprises, yang kehilangan hampir 25% nilai pasarnya. Investor obligasi perusahaan juga mengalami kerugian besar, memicu kekhawatiran akan kesulitan perusahaan dalam mengakses modal di masa depan.

Lembaga pemeringkat kredit Moody’s menyoroti dampak negatif terhadap kredibilitas Adani Group, terutama terkait kemampuan mereka memenuhi kebutuhan likuiditas. Bahkan, rencana penerbitan obligasi senilai USD 600 juta harus dibatalkan, dan beberapa investor besar seperti GQG Partners mulai mengevaluasi ulang dukungan mereka terhadap perusahaan ini.

Di dalam negeri, skandal ini memicu tekanan terhadap regulator India yang dianggap terlalu dekat dengan Adani Group. Selain itu, tuduhan ini juga memperburuk sentimen investor asing, yang sebelumnya telah menarik dana dalam jumlah besar dari pasar India.

“Kasus ini semakin menantang bagi investor asing untuk mempertimbangkan India sebagai destinasi investasi,” ujar Matt Orton, Kepala Strategi Pasar di Raymond James.

Dengan dampak yang meluas pada keuangan global, reputasi India, dan stabilitas Adani Group, skandal ini menjadi salah satu kasus korporasi paling signifikan dalam sejarah baru-baru ini. Baik pemerintah India maupun komunitas bisnis internasional kini menghadapi tekanan besar untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas di tengah skandal ini.

Komentar