Suku Bunga Tinggi, Inflasi Hambat Pertumbuhan Ekonomi Australia

JurnalPatroliNews – Australia – Perekonomian Australia mengalami penurunan pada kuartal pertama (Q1) 2024. Berdasarkan data dari Biro Statistik Australia, pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 0,1% (qoq), lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 0,2%.

Penurunan ini menunjukkan kondisi masyarakat Australia yang semakin memburuk, meskipun perekonomian tetap tumbuh meski sedikit. Pada kuartal keempat (Q4) 2023, ekonomi Australia mencatat pertumbuhan sebesar 0,3%.

“Pertumbuhan ini merupakan periode pertumbuhan triwulanan yang ke-10 namun merupakan laju paling lambat dalam 6 triwulan,” muat badan itu dikutip Trading Economics.

“Di tengah lemahnya permintaan domestik, penurunan investasi tetap, dan hambatan dari perdagangan bersih,” sambungnya.

Belanja rumah tangga sebenarnya mengalami peningkatan (Q1: 0,4% dibanding Q4 2023: 0,3%), terutama pada kebutuhan pokok seperti listrik, sewa, makanan, dan kesehatan. Pengeluaran pemerintah juga meningkat (1,0% dibanding 0,8%) karena adanya manfaat yang lebih besar bagi rumah tangga.

Namun, pada saat yang sama, investasi semakin menurun (-0,9% dibanding -1,5%). Investasi swasta mengalami penurunan pertama kali dalam lima kuartal terakhir karena penurunan pada investasi non-hunian, biaya pengalihan kepemilikan, dan total hunian.

Impor barang dan jasa meningkat sebesar 5,1% sementara ekspor hanya bertambah 0,7%. Rasio tabungan rumah tangga turun 0,9% setelah mengalami peningkatan pada Q4 2023.

Menteri Keuangan Australia, Jim Chalmers, mengonfirmasi situasi ini dan menegaskan bahwa kondisi ini menjadi pengingat akan tekanan yang dihadapi masyarakat.

“Penyebab utama dari pertumbuhan yang sangat lemah ini adalah suku bunga yang lebih tinggi, dikombinasikan dengan inflasi yang moderat namun terus-menerus serta ketidakpastian global yang berkelanjutan,” ungkapnya.

Komentar