Tarif AS Bikin Pedagang China Panik: Pabrik Libur Massal, Barang Didiskon Gila-gilaan

JurnalPatroliNews – Jakarta – Lonjakan tarif impor yang diberlakukan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump, terhadap produk-produk asal China hingga mencapai 245% mulai menunjukkan dampak serius di lapangan. Para pelaku industri di sejumlah daerah produksi utama Tiongkok seperti Zhejiang, Jiangsu, dan Guangdong pun terpaksa mengambil langkah ekstrem.

Berdasarkan laporan Radio Free Asia, banyak pabrik di wilayah-wilayah tersebut mengumumkan “libur produksi” secara mendadak. Aktivitas operasional ditangguhkan karena barang-barang yang sedianya akan diekspor ke Amerika kini menumpuk di gudang.

Mulai dari perlengkapan rumah tangga, pakaian olahraga seperti celana yoga, hingga alas kaki—semuanya kini dijual secara online dengan harga jauh di bawah nilai normal. Di Jiaxing, misalnya, seorang produsen alas kaki yang biasanya mengirimkan 75% produksinya ke AS, kini menjual barang-barang tersebut secara massal hanya demi mengurangi kerugian.

“Sepatu yang dulu laku ratusan dolar di pasar Amerika, sekarang kami jual kiloan. Harga per unit tinggal beberapa sen, dan tetap tidak laku,” ujar salah satu produsen lokal. “Bisnis kami tidak bisa bertahan dengan kondisi seperti ini.”

Sementara itu, di kota Suzhou, Jiangsu, pabrik tekstil mulai menyuruh karyawan untuk menjual kelebihan stok secara pribadi. Seorang manajer bahkan mengaku berhasil menjual puluhan selimut hanya melalui jaringan pertemanannya sendiri. Namun, pekerja di pabrik tersebut juga menerima pemberitahuan pemotongan jam kerja dan hanya dibayar gaji pokok.

“Kami terdampak langsung dari perang dagang ini. Kalau ada pekerjaan lebih baik di luar sana, silakan ambil,” ujar seorang manajer dalam video yang tersebar di Douyin, platform media sosial populer di China.

Kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan AS adalah respons terhadap tarif 125% yang sebelumnya dikenakan China atas produk AS. Trump mengklaim bahwa strategi tarif tinggi bertujuan menekan konsumsi terhadap produk tertentu, sekaligus memberi tekanan dalam negosiasi dagang.

“Saya tidak ingin tarif ini naik terus karena nanti orang malah berhenti membeli. Mungkin malah perlu diturunkan sedikit,” kata Trump dalam pernyataan dari Gedung Putih.

Meski komunikasi antara kedua negara tetap terbuka, belum ada sinyal bahwa kesepakatan dagang akan segera tercapai. Trump juga menolak untuk mengungkapkan perkembangan langsung dengan Presiden Xi Jinping.

Di sisi lain, isu perdagangan turut mempengaruhi negosiasi TikTok. Pemerintahan Trump sebelumnya telah menuntut ByteDance, pemilik TikTok yang berbasis di China, untuk menjual operasinya di AS. Namun kini Trump menyatakan bahwa keputusan mengenai masa depan TikTok akan menunggu hasil akhir dari negosiasi dagang.

“Kami punya kesepakatan terkait TikTok, tapi kami tunda sampai semuanya berjalan baik dengan China,” pungkasnya.

Komentar