Sementara itu, kota Falmouth di Kentucky bagian utara-tengah diperintahkan untuk melakukan evakuasi wajib karena ancaman luapan Sungai Licking. Pihak berwenang membandingkan kondisi saat ini dengan banjir besar yang terjadi hampir 30 tahun silam.
Di tengah situasi genting ini, kota Hopkinsville mulai mengalami penurunan permukaan air, membawa sedikit harapan. Namun Wali Kota James R. Knight Jr. tetap siaga. “Sebagian besar hujan turun di utara kami. Alhamdulillah, kami masih diberi ruang untuk bernapas,” ucapnya.
Kerusakan luas terhadap jalan raya dan fasilitas umum juga berdampak pada logistik dan perdagangan di wilayah utama seperti Louisville dan Memphis. Ahli cuaca dari AccuWeather, Jonathan Porter, memperingatkan bahwa bencana ini dapat memperparah gangguan rantai pasokan nasional.
National Weather Service (NWS) juga menghadapi tekanan berat, terlebih dengan kekurangan staf yang parah—hampir setengah dari kantor NWS mengalami kekosongan posisi hingga 20%, meningkat drastis dibandingkan satu dekade lalu.
Di Tennessee, ratusan warga mengungsi ke tempat-tempat darurat seperti sekolah dan balai kota. Salah satunya, George Manns (77), datang membawa tas dan kursi lipat. “Saya bawa semua barang penting dan langsung ke sini,” katanya dengan wajah penuh kelelahan.
Para meteorologis menyebut bahwa badai ini merupakan hasil kombinasi cuaca ekstrem: suhu udara tinggi, atmosfer yang tidak stabil, angin geser kuat, serta uap air melimpah dari Teluk Meksiko.
Tak hanya banjir, sejumlah tanah longsor dan pohon tumbang juga membuat ratusan jalur transportasi tak bisa diakses. Dua tornado tercatat oleh Badan Cuaca Nasional pada Jumat malam (4 April) di Missouri dan Arkansas, dengan salah satunya mengangkat puing-puing hingga ketinggian 25.000 kaki di udara—menggambarkan betapa mengerikannya kekuatan alam kali ini.
Komentar