JurnalPatroliNews – Tel Aviv – Langkah mengejutkan diumumkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait Suriah. Dalam forum internasional di Riyadh, ia menyatakan akan menghapus seluruh sanksi ekonomi Amerika terhadap Damaskus, keputusan yang kabarnya bertentangan dengan permintaan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Sejumlah sumber pejabat Israel yang dikutip media lokal, seperti dilaporkan Anadolu Agency, menyebut Netanyahu sebelumnya telah meminta secara langsung agar pemerintahan Trump tetap mempertahankan tekanan terhadap Suriah. Permintaan itu disampaikan saat kunjungan Netanyahu ke Washington pada bulan lalu.
AS diketahui telah menjatuhkan sanksi berat terhadap rezim Bashar al-Assad selama bertahun-tahun. Meskipun Assad telah digulingkan pada akhir tahun lalu setelah lebih dari satu dekade konflik bersenjata, sanksi-sanksi itu masih diberlakukan terhadap negara tersebut.
Mengutip laporan The Times of Israel, seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa kekhawatiran utama Netanyahu adalah potensi serangan lintas perbatasan dari wilayah Suriah jika sanksi-sanksi tersebut dihapuskan.
Namun, dalam pertemuan Forum Investasi Saudi-AS 2025 di Riyadh pada Selasa (13/5), Trump mengumumkan bahwa dirinya akan mengakhiri kebijakan sanksi keras terhadap Suriah. Ia menyebut langkah ini sebagai bagian dari peluang untuk membantu Suriah “bangkit kembali sebagai bangsa besar.”
Trump juga dilaporkan telah menggelar pertemuan langsung dengan Presiden Suriah yang baru, Ahmed al-Sharaa. Pertemuan tersebut turut dihadiri Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan secara virtual.
Trump menyampaikan bahwa Amerika sedang menjajaki kemungkinan untuk menormalisasi hubungan diplomatik dengan pemerintahan al-Sharaa.
“Kami mulai membuka jalur diplomasi dengan Suriah melalui pertemuan saya dengan Presiden Ahmed al-Sharaa,” ucap Trump dalam KTT Teluk-AS di Riyadh.
Sementara itu, hingga saat ini belum ada tanggapan resmi dari kantor Netanyahu mengenai langkah diplomatik dan kebijakan baru Trump terhadap Suriah tersebut.
Kebijakan ini juga menandai perubahan signifikan dalam pendekatan AS terhadap Timur Tengah. Ini bukan kali pertama Trump mengambil posisi yang bertolak belakang dengan kepentingan Israel, khususnya dalam urusan dengan negara-negara Arab.
Pasca tergulingnya Bashar al-Assad, ketegangan antara Israel dan Suriah kembali meningkat. Israel dilaporkan telah memperluas pengaruhnya di kawasan Dataran Tinggi Golan, termasuk merebut wilayah penyangga yang sebelumnya netral tindakan yang melanggar kesepakatan damai tahun 1974 dengan Suriah.
Komentar