JurnalPatroliNews – Jakarta – Pemerintah Indonesia merespons dinamika pemilu Amerika Serikat 2024 dengan langkah strategis di bidang ekonomi. Pada pemilu mendatang, yang dijadwalkan berlangsung 5 November, mantan Presiden Donald Trump diprediksi akan berhadapan dengan Wakil Presiden Kamala Harris.
Terlepas dari siapa yang memenangkan pemilu, Indonesia tetap menyiapkan strategi ekonomi untuk mengantisipasi dampaknya.
Strategi yang tengah dipersiapkan ini berfokus pada pendekatan geoekonomi konsep yang menitikberatkan pada kekuatan ekonomi untuk mencapai kepentingan nasional Indonesia dalam percaturan global.
Menurut World Economic Forum, geoekonomi adalah upaya memaksimalkan pengaruh melalui perdagangan dan investasi, berlawanan dengan pendekatan geopolitik yang mengandalkan kekuatan militer dan diplomasi.
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Edi Prio Pambudi, menegaskan bahwa pengaruh ekonomi AS yang besar mendorong Indonesia untuk menyiapkan langkah proaktif.
“Kita harus menyiapkan geostrategi Indonesia untuk menghadapi perubahan yang bisa muncul kapan saja, terlepas dari siapa pun yang terpilih nanti,” ungkap Edi di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (25/10/2024).
“Karena misalnya contoh ada konflik, nah konflik itu harus kita hitung, apakah akan ada dampaknya di kita? Lewat mana? Seberapa besar nanti prosesnya? Itu ada dalam perhitungan. Sehingga tidak menimbulkan volatilitas di dalam negeri,” ungkapnya.
Dengan strategi geoekonomi, Indonesia akan memanfaatkan berbagai instrumen ekonomi sebagai acuan untuk merespons perubahan politik internasional. Selain itu, pemerintah telah menyusun indikator untuk mengukur dampak dari kepemimpinan Trump atau Harris terhadap stabilitas ekonomi dalam negeri.
“Penyusunan strategi ini memungkinkan kita untuk lebih fleksibel menghadapi perubahan politik global. Misalnya, jika ada konflik, kita sudah menyiapkan skenario untuk meminimalkan dampaknya pada ekonomi kita,” tambah Edi.
Dalam konteks persaingan politik, jajak pendapat terbaru dari Reuters/Ipsos menunjukkan Harris sedikit unggul atas Trump dengan angka 46% berbanding 43%.
Meski demikian, Trump tetap dianggap unggul dalam isu-isu ekonomi oleh sejumlah pemilih, yang juga terpengaruh oleh klaim Trump terkait imigrasi meski klaim tersebut telah banyak dikritik oleh para ahli.
Baik Harris maupun Trump tampaknya sepakat dalam isu pembatasan perdagangan, khususnya dengan China. Trump bahkan menegaskan rencananya untuk mengenakan tarif impor 10% pada semua barang impor, dan 60% khusus untuk produk dari China.
Komentar