Trump Kembali Beraksi, Inggris dan Irlandia Jadi Sasaran Tarif Baru!

Ekonom senior dari Institut Urusan Internasional dan Eropa, Dan O’Brien, menyebutkan bahwa perekonomian Irlandia sangat bergantung pada keberhasilan sektor farmasi. Menurutnya, dampak kebijakan tarif ini bisa sebanding dengan krisis ekonomi yang pernah melanda Irlandia pada 2008.

“Irlandia adalah eksportir farmasi terbesar ke AS. Dengan jumlah penduduk lebih dari lima juta, negara ini bahkan mengungguli Jerman dan Swiss dalam ekspor farmasi ke Amerika,” jelasnya.

Perdana Menteri Irlandia Micheál Martin pun menilai bahwa kebijakan tarif yang akan diberlakukan AS merupakan ancaman serius. Analisis gabungan dari Departemen Keuangan Irlandia dan lembaga think tank ESRI memperkirakan bahwa kebijakan ini dapat merugikan Irlandia hingga 18 miliar euro (sekitar Rp 322 triliun).

Di sisi lain, pelaku usaha di Irlandia juga mulai mengkhawatirkan dampaknya. Banyak wilayah di negara tersebut selama ini mendapat keuntungan dari kehadiran bisnis AS. Salah satu perusahaan yang terdampak adalah Combilift, produsen forklift yang berbasis di Monaghan. Sekitar seperempat dari total penjualan perusahaan ini berasal dari pasar AS.

Martin McVicar, pendiri sekaligus direktur perusahaan, mengatakan bahwa mereka telah menyiapkan strategi dengan membekukan harga produk dalam dolar untuk memberi kepastian bagi pelanggan di AS.

“Kami telah memberikan kepastian harga kepada pelanggan kami dalam dolar AS untuk semua produk yang dikirim ke pelabuhan di Amerika. Setidaknya mereka bisa merencanakan bisnis mereka berdasarkan hal tersebut,” ungkapnya.

Dengan adanya kebijakan tarif ini, baik Inggris maupun Irlandia kini tengah mencari solusi terbaik agar dampaknya terhadap ekonomi dan sektor industri dapat diminimalisir.

Komentar