JurnalPatroliNews – Jakarta – Langkah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menetapkan tarif tinggi pada barang impor ke negaranya, bukanlah keputusan spontan tanpa dasar. Kebijakan ini berakar pada keyakinan lama bahwa sistem perdagangan internasional selama ini merugikan AS.
Hal tersebut disampaikan oleh Anthony Budiawan, Direktur Eksekutif Political Economy and Policy Studies (PEPS), yang menilai bahwa Trump selama bertahun-tahun telah menyuarakan keresahannya terhadap ketimpangan perdagangan global yang menurutnya tidak menguntungkan negeri Paman Sam.
“Trump melihat bahwa selama ini Amerika menjadi korban sistem perdagangan yang timpang, yang menyebabkan defisit neraca perdagangan secara terus-menerus,” ujar Anthony saat berbicara kepada media, Senin (7/4/2025).
Anthony menambahkan bahwa pandangan Trump mengenai ketidakadilan perdagangan global bukanlah hal baru. Bahkan sejak wawancaranya dengan Oprah Winfrey di tahun 1988, Trump telah menunjukkan keprihatinan yang mendalam terhadap kondisi ekonomi Amerika kala itu.
Dalam wawancara tersebut, Trump menyoroti Jepang sebagai negara yang sangat menikmati pasar ekspor ke AS, sementara produk-produk Amerika justru sulit menembus pasar Jepang. China yang kala itu masih tergolong negara berkembang, kini telah menjadi kekuatan ekonomi besar, salah satunya karena dominasi atas pasar Amerika.
“Trump memandang perdagangan yang berlaku selama ini bukan perdagangan bebas, tetapi perdagangan yang berat sebelah. Menurutnya, ini adalah bentuk perdagangan yang tidak adil bagi AS,” jelas Anthony.
Ia juga menekankan bahwa kebijakan tarif tinggi Trump tidak melulu soal persaingan dengan China. Isu ini lebih luas dari sekadar ketegangan antara dua negara besar, melainkan soal upaya Trump membenahi struktur perdagangan global yang selama ini dianggap terlalu merugikan AS.
Komentar