JurnalPatroliNews – Jakarta – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim bahwa militer AS telah sukses menghantam tiga pusat pengayaan nuklir utama milik Iran dalam sebuah operasi udara yang ia sebut sebagai pencapaian militer luar biasa.
Dalam pidatonya yang disampaikan dari Gedung Putih pada Sabtu malam, 21 Juni 2025 waktu setempat, Trump menegaskan bahwa serangan tersebut menghasilkan kerusakan masif pada instalasi nuklir strategis milik Teheran.
“Fasilitas nuklir utama Iran telah dimusnahkan sepenuhnya,” kata Trump dalam siaran resmi, didampingi oleh Wakil Presiden JD Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, serta Menteri Pertahanan Pete Hegseth, sebagaimana dikutip Reuters.
Trump juga memperingatkan bahwa jika Iran tidak segera menyetujui perdamaian, maka serangan militer dengan skala yang lebih besar dan presisi akan kembali dilakukan.
“Jika jalan damai tak dipilih, kami akan melanjutkan serangan ke target lainnya dengan kecepatan dan ketepatan yang lebih besar,” ujarnya.
Dalam perbincangan bersama Sean Hannity di Fox News, Trump menjelaskan bahwa enam bom penghancur bunker dijatuhkan ke situs Fordow, sementara 30 rudal Tomahawk menghantam dua lokasi lainnya. Lewat platform Truth Social, Trump menulis, “Muatan penuh dijatuhkan di Fordow. Situs itu kini tidak lagi ada.”
Sumber dari kalangan militer AS, yang identitasnya dirahasiakan, menyebut bahwa pesawat pembom siluman B-2 ikut dalam operasi tersebut. Pesawat ini dirancang membawa bom penghancur yang dapat menembus struktur bawah tanah seperti fasilitas Fordow yang dibangun di dalam pegunungan.
Namun, narasi berbeda muncul dari pihak Iran. Meski mengakui bahwa Fordow menjadi sasaran serangan, anggota parlemen Qom, Mohammad Manan Raisi, membantah adanya kerusakan besar di lokasi tersebut.
Badan nuklir Iran turut menyatakan bahwa tidak ada kebocoran radiasi yang terjadi pasca-serangan. Menurut Hassan Abedini, pejabat tinggi penyiaran Iran, ketiga situs tersebut sudah lama dikosongkan dan bahan nuklir telah dipindahkan sebelumnya.
“Uranium yang diperkaya sudah tidak berada di lokasi itu. Jadi, tak ada potensi bahaya radiasi bagi masyarakat,” ujar Abedini.
Dari Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyampaikan pujian kepada Trump, menyebut tindakan tersebut sebagai langkah berani untuk menghentikan ambisi nuklir dari pemerintahan yang ia sebut paling berbahaya di dunia.
“Langkah Trump akan tercatat dalam sejarah sebagai upaya tegas dalam mencegah rezim berbahaya memperoleh senjata mematikan,” katanya.
Sebaliknya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan keprihatinan mendalam. Ia menyebut bahwa serangan tersebut membawa kawasan menuju eskalasi serius dan menambah ancaman terhadap stabilitas global.
Serangan terhadap Iran juga dinilai berpotensi memicu ketegangan lebih luas, termasuk kenaikan tajam harga minyak dunia. Iran disebut telah membalas dengan menyerang jalur pelayaran di Selat Hormuz, sementara Israel menghantam ladang gas South Pars milik Iran.
Di dalam negeri, keputusan Trump juga menuai kritik tajam dari berbagai kalangan. Sejumlah anggota parlemen, termasuk dari Partai Demokrat dan Republik, mempertanyakan legalitas tindakan tersebut yang dilakukan tanpa persetujuan Kongres.
“Langkah ini adalah pelanggaran konstitusi yang nyata dan bisa menjadi dasar pemakzulan,” ujar anggota Kongres Alexandria Ocasio-Cortez.
Komentar