JurnalPatroliNews – AS – Kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS memicu meningkatnya ketertarikan di kalangan wanita Amerika terhadap gerakan feminis asal Korea Selatan, “4B.”
Gerakan ini menjadi populer sebagai bentuk protes terhadap sejumlah komentar seksis Trump di masa lalu, serta tuduhan pelecehan seksual dan sikapnya mengenai hak aborsi.
Para wanita muda dari berbagai negara bagian AS mulai membahas gerakan ini di media sosial, menganggapnya sebagai cara untuk menentang budaya patriarki.
Mereka merasa kecewa terhadap pria muda yang mendukung kandidat yang dianggap kurang menghargai hak atas tubuh perempuan.
Beberapa pendukung Trump, seperti aktivis politik sayap kanan Nick Fuentes, menimbulkan kontroversi dengan cuitannya yang berbunyi “Tubuhmu, pilihanku” slogan yang diadaptasi dari kalimat “tubuhku, pilihanku,” yang sering digunakan oleh para feminis dalam perjuangan hak reproduksi.
Wanita AS yang mendukung gerakan 4B kini memilih untuk tidak berinteraksi dengan pria sebagai bentuk ketidaksetujuan terhadap kemenangan Trump.
Gerakan 4B sendiri, yang berkembang di Korea Selatan sejak 2015, memiliki empat prinsip utama: bihon (tidak menikah), bichulsan (tidak memiliki anak), biyeonae (tidak berpacaran), dan bisekseu (tidak berhubungan seks dengan pria).
Gerakan ini muncul sebagai protes terhadap budaya patriarki dan tingginya tingkat kekerasan seksual di Korea Selatan.
Selain masalah kekerasan seksual, kesenjangan ekonomi menjadi pendorong besar bagi gerakan ini.
Komentar