JurnalPatroliNews – Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa persediaan global vaksin kolera oral kini benar-benar kosong.
Dalam laporan bulanan terbarunya, WHO menyebut bahwa meskipun produksi vaksin kolera global berjalan dengan kapasitas maksimum, permintaan yang tinggi telah jauh melampaui jumlah yang dapat diproduksi.
“Pada tanggal 14 Oktober, persediaan vaksin kolera oral global telah habis, tanpa ada dosis yang tersisa,” kata WHO, seperti dimuat AFP, pada Minggu, 20 Oktober 2024.
Kelangkaan vaksin ini menimbulkan risiko besar terhadap upaya global untuk memerangi penyebaran kolera. WHO memperingatkan bahwa kekurangan ini mengancam respons internasional dalam menanggulangi wabah penyakit tersebut.
“Meskipun lebih banyak dosis diharapkan tiba dalam beberapa minggu mendatang, kekurangan saat ini menciptakan tantangan besar dalam menangani wabah dan membatasi langkah-langkah pencegahan penyebaran kolera,” lanjut WHO.
Antara 1 September dan 14 Oktober, Kelompok Koordinasi Internasional yang bertugas mengelola penyediaan vaksin menerima permintaan vaksin kolera oral dari berbagai negara seperti Bangladesh, Sudan, Niger, Ethiopia, dan Myanmar. Total permintaan mencapai 8,4 juta dosis, namun karena keterbatasan stok, hanya 7,6 juta dosis yang bisa dipenuhi.
Dalam laporannya, WHO juga mencatat bahwa hingga 29 September, terdapat 439.724 kasus kolera dan 3.432 kematian yang tercatat sepanjang tahun ini. Meskipun jumlah kasus keseluruhan turun 16 persen dibandingkan tahun sebelumnya, angka kematian meningkat drastis hingga 126 persen, yang menimbulkan keprihatinan besar.
WHO menduga peningkatan kematian ini sebagian besar terjadi karena wabah merebak di wilayah-wilayah konflik yang akses layanan kesehatannya sangat terbatas, serta di daerah yang terkena banjir parah.
Sejak laporan bulan lalu, kolera telah menyebar ke beberapa negara baru, termasuk Niger yang mencatat 705 kasus dengan 17 kematian, serta Thailand dengan lima kasus tanpa kematian. Ini menjadikan jumlah total negara yang terdampak kolera pada 2024 mencapai 30, menurut data WHO.
Pada bulan September saja, 47.234 kasus baru dilaporkan dari 14 negara. Wabah juga terdeteksi di Lebanon, yang saat ini tengah menghadapi konflik, dengan WHO memperingatkan bahwa risiko penyebaran di sana sangat tinggi akibat kondisi sanitasi yang semakin memburuk di antara populasi yang mengungsi.
Kolera, yang merupakan infeksi usus akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, menyebar melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Penyakit ini menyebabkan diare parah, muntah, serta kram otot, dan dapat berakibat fatal dalam beberapa jam jika tidak segera diobati. Untungnya, kolera bisa diobati dengan rehidrasi oral dan antibiotik untuk kasus yang lebih berat.
Pada bulan April, aliansi vaksin Gavi dan UNICEF menyebut bahwa perusahaan asal Korea Selatan, EuBiologics, saat ini menjadi satu-satunya pemasok vaksin kolera oral untuk stok global. Namun, diharapkan akan ada lebih banyak produsen yang bergabung dalam beberapa tahun mendatang.
Komentar