Prof Nidom: Vaksin Nusantara Sudah Dipesan Turki, Negara Lain Mau Bayar Rp3,4 Triliun

JurnalPatroliNewsJakarta – Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah meliris jurnal terkait Vaksin Nusantara di situs resminya, clinicaltrials.gov, pada Jumat lalu (20/8).

Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan Mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari, Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Proffesor Nidom Foundation (PNF), Prof Dr Chairul Anwar Nidom menyebutkan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari Vaksin Nusantara.

“Saya berharap inilah jalan keluar dari pandemi atau dari virus-virus yang tidak bisa didekati dengan vaksin konvensional. Bahkan, dengan Vaksin Nusantara, berbagai penyakit dapat diatasi seperti demam berdarah, HIV, Ebola,” imbuhnya dalam Channel YouTube Siti Fadilah Supari, dikutip Selasa (24/8).

Bahkan, Nidom menyebut, Vaksin Nusantara telah dipesan Pemerintah Turki sebanyak 5,2 juta dosis. Tak hanya itu, Nidom menyebutkan bahwa salah satu negera tetangga berani membayar sebesar Rp3,4 triliun.

“Yang saya dengar negeri tetangga kita berani bayar Rp3,4 T jika uji klinis Vaksin Nusantara diambil alih oleh negara itu. Saya dengar langsung dari (dokter Terawan),” ungkap Prof Nidom.

Di sisi lain, Siti Fadilah Supari mengungkapkan kondisi dirinya usai disuntik Vaksin Nusantara. Menurut Siti Fadilah, usai makan nasi tangan tangan biasanya bengkak kini malah tidak sama sekali.

“Vaksin biasa bikin inflamasi, namun Vaksin Nusantara tidak ditemukan,” ucapnya.

Siti Fadilah mengatakan, Vaksin AstraZeneca yang sudah jelas menimbulkan inflimasi saja ditandatangani, lantas kenapa Vaksin Nusantara tidak didukung.

“Vaksin Nusantara adalah imonotherapi, sehingga tidak bisa sistem pengujiannya disamakan dengan vaksin konvensional. Jika imonoterapi bisa melawan Covid, kenapa tidak diproduksi. Terlebih sudah masuk jurnal uji klinis di Jurnal WHO.

“Ini seperti metoda DSA dr Terawan yang ditentang oleh IDI tapi sudah menyelamatkan puluhan ribu orang,” tandasnya.

Komentar