Harga Nikel Terjun ke Titik Terendah Sejak 2020, Investor Fokus pada Dampak Kebijakan China

JurnalPatroliNews – Jakarta – Harga nikel mencatatkan penurunan signifikan dan mencapai posisi terendah dalam empat tahun pada awal perdagangan London Metal Exchange (LME) di 2025.

Berdasarkan laporan Bloomberg pada Jumat, 3 Januari 2025, harga nikel anjlok sebesar 1,6 persen, menyentuh angka 15.090 Dolar AS per ton pada awal pekan ini. Sebelumnya, harga nikel sempat jatuh ke level 15.055 Dolar AS per ton di sesi perdagangan pertama, yang merupakan titik terendah sejak November 2020.

Penurunan harga ini terjadi di tengah kekhawatiran investor mengenai pengaruh penguatan Dolar Amerika Serikat (AS) dan prospek kebijakan stimulus yang lebih kecil di China. Para pelaku pasar kini memantau dampak kebijakan ekonomi negara tirai bambu tersebut terhadap pasar logam.

Ahli Strategi Komoditas ING, Ewa Manthey, mengatakan bahwa investor sedang menunggu dampak lebih lanjut dari kebijakan stimulus yang kemungkinan mempengaruhi permintaan logam di masa depan.

Pemerintah China baru-baru ini mengungkapkan rencana untuk meningkatkan pinjaman dan pengeluaran publik, serta melonggarkan kebijakan moneter guna merangsang pertumbuhan ekonomi di tahun 2025.

Walaupun permintaan dari China menurun, Indeks LMEX yang melibatkan enam logam utama di LME menunjukkan kenaikan moderat sekitar 4 persen pada tahun 2024, didorong oleh tekanan pasokan yang disebabkan oleh berkurangnya pasokan bahan mentah.

Nikel tetap menjadi komoditas penting dalam industri, terutama sebagai bahan baku utama untuk produk-produk seperti baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik, yang terus mencatatkan permintaan global.

Komentar