Bupati Pesawaran Bawa Sulam Jelujur Lampung Sampai Ke New York

JurnalPatroliNews – Jakarta – Pekan Mode New York atau New York Fashion Week adalah salah satu dari empat besar pekan mode yang diselenggarakan di seluruh dunia, selain Pekan Mode Paris, London, dan Milan. Pekan Mode New York diselenggarakan pada bulan Februari dan September setiap tahunnya di New York City, Amerika Serikat. Pekan mode yang awalnya disebut “Press Week” ini mulai diselenggarakan tahun 1943 saat Perang Dunia II sedang meletus. Kini Pekan Mode New York telah menjadi kiblat mode dunia di samping Paris, London, dan Milan.

Untuk itu, agar dikenal dunia, Bupati Pesawaran H Dendi Ramadhona K., S.T, M.Tr.I.P, membawa sulam jelujur dari Kabupaten Pesawaran ke Pekan Mode New York pada 11 September 2022. “Pemerintah Daerah Pesawaran mengenalkan produk kerajinan sulam jelujur pada event New York Fashion Week dengan tema Sang Dewi,” kata Bupati Dendi dengan bangga di depan Tim Juri Anugerah Kebudayaan PWI Pusat 2023 di Kantor PWI Pusat, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Dendi terpilih menerima anugerah tersebut. “Sang Dewi adalah sebuah dedikasi terhadap pengrajin sulam jelujur Pesawaran di Desa Sungai Langka yang mayoritas pengrajinnya adalah perempuan. Mereka tangguh dalam menghadapi sebuah kondisi dan keadaan yang mereka alami. Para wanita itulah menjadi simbol Sang Dewi,” jelas Bupati.

Saat tampil di Pekan Mode New York itu desainer Ariesmansyah membawa 12 desain sulam jelujur dengan tema Sang Dewi. Di depan tim juri, Bupati Dendi mengajak Ariesmansyah ikut serta bersama stafnya. Dendi juga memamerkan sejumlah produk sulam jelujur di depan juri. Sulam jelujur terus terbang tinggi. Usai Pekan Mode New York, sulam jelujur dipamerkan di Ocean City Gift Expo di Washington DC, lalu ikut tampil di panggung Dubai Fashion Week.

Sulam jelujur mulai tampil di panggung di dunia internasional sejak tahun 2018. “Tahun 2018 ada kerja sama dengan Negara Belanda berkaitan dengan sulam jelujur. Motif sulam jelujur dipajang di Bandara Internasional Netherlands, Museum Tekstil Netherlands, dan Stasiun Metrohal Netherlands,” kata Bupati Dendi. Lalu, tahun 2019 sulam jelujur ditampilkan di Kedubes RI di Afrika Selatan untuk pameran dan fashion show. Tahun 2021 ikut serta dalam beberapa pameran yakni Lampung Craft, Innacraft, dan Bali TTI Expo. Dibawa Transmigran

Sulam jelujur sebetulnya bukan khas Pesawaran dan Lampung pada umumnya. Kain khas Lampung adalah Tapis Lampung. Dedi mengungkapkan penemuan sulam jelujur terjadi secara kebetulan tahun 2017. “Saat bertamu di rumah warga, ada telapak meja dan hiasan dinding yang menarik. Ternyata itu sulam jelujur,” ungkap Bupati Dendi. Menurut keterangan, Sulam jelujur dibawa oleh transmigran dari Jawa ke Pesawaran tahun 1905.

Keterampilan membuat sulam jelujur dipertahankan terus oleh keturunan transmigran dari Jawa itu terutama di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan. Kerajinan itu hanya digunakan sebagai pajangan atau hiasan rumah. Setelah digali, ternyata ada narasi yang besar di balik sulam jelujur itu. Motif-motifnya mengandung pesan filosofi atau kearifan yang luar biasa. Juga ada motif yang mengisahkan perjalanan transmigran dari Jawa ke Pesawaran, yaitu motif kapal dan jung, yaitu alat transportasi laut yang diperkirakan membawa transmigran dari Jawa ke Lampung, khususnya Pesawaran pada masa lalu.

Komentar