Bupati Putu Agus Suradnyana ST Terima Audensi Ajik Krisna, Salah Seorang Terkaya Di Bali Asal Buleleng

Jurnalpatrolinews – Buleleng : Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana ST, sedang menerima audiensi dari Ajik Krisna, Jun Bintang, Puja Astawa, dan Dewi Pradewi di Ruang Rapat Lobby Athiti Wisma Kantor Bupati Buleleng, Rabu (17/03).

Audiensi membahas mengenai testimoni Bupati terkait produk-produk dari Krisna Oleh-Oleh Bali.

Dalam sambutannya, Bupati PAS sapaan akrab Putu Agus Suradnyana menyampaikan harapannya ke depan, produk-produk Krisna Bali dapat menggunakan hasil bumi Kabupaten Buleleng.

“Harapan dan permintaan saya, agar kedepan bisa menggunakan bahan baku hasil pertanian petani-petani Buleleng, sehingga petani kita meningkat taraf hidupnya,” ujar Bupati PAS.

Selain itu, Bupati Agus Suradnyana juga berharap agar semua produk bisa dipasarkan dengan baik, mengikuti persaingan yang sehat, tanpa saling menjatuhkan.

Perlu diketahui, bahwa Krisna Bali sebagai
pusat oleh-oleh Bali terbesar dan terlengkap di Asia Tenggara.

Pemilik toko Krisna Oleh-oleh Bali, I Gusti Ngurah Anom yang akrab disapa Ajik asal wilayah Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.

Dalam kesempatan waktunya, Ajik paparkan sekilas usaha yang dilakukan di era Pandemi Covid-19.

Ajik menceritakan, saat awal Pandemi Covid-19 terjadi dan berimbas pada bisnisnya.
Kenapa? Karena Pandemi yang mulai merebak pada Maret 2020 itu membuat seluruh tokonya tutup total hingga Juni 2020.

“Pandemi itu bulan Maret, pas hari raya Nyepi. Jadi setelah Nyepi tutup total, langsung sepi. Saya sedih banget,” kata Ajik.

Sepengetahuan Ajik, ternyata seluruh dunia mengalaminya. Ajik bingung, galau, apakah ini akan berlangsung lama?

Di awal pandemi, Ajik berpikir mungkin bulan depan kondisi akan teratasi dan semua berjalan seperti semula. Pemerintah kemudian menetapkan status darurat bencana nasional Covid-19. Sektor pariwisata Bali tumbang. Krisna toko oleh-oleh Bali pun terdampak. Tutup selama empat bulan membuat Ajik terpaksa merumahkan 2000 karyawan dari total 2500 pekerja Krisna.

Merumahkan ribuan karyawan membuat Ajik galau dan bingung.

“Dari bulan Maret sampai Mei 2020 itu saya masih merenung. Harus bagaimana?” kata Ajik.

“Kemudian di akhir Mei 2020 saya berpikir harus bangkit. Mau enggak mau saya kembali ke pertanian.”

Ajik lantas mengolah lahan miliknya seluas 23 hektare di daerah Bali utara. Di sana, dia menanam kacang, pisang, dan lainnya untuk mengisi hari kosong. “Mengisi kegalauan saya,” kata dia. Ajik tak peduli banyak orang meledek dia. “Saya di-bully, masak seorang Ajik Krisna, pebisnis mau bertani.”

Tak peduli apa kata orang, Ajik tetap bercocok tanam. Dia tak gengsi turun ke kebun karena dia memang meraih semua dari nol.

“Saya ini dari orang yang sangat miskin. Saya anak petani, maka saya tidak ragu bertani,” kata dia.

Lantas di bulan Agustus 2020, Ajik menengguk hasil dari kebun kacangnya. Dia panen kacang dari lahan seluas delapan hektare.

Dari situ, Ajik berpikir untuk membuka peluang bisnis dari hulu ke hilir. “Pandemi membawa berkah buat saya,” katanya.

Ajik kini punya empat produk baru buatan sendiri, yakni kacang kapri, pie susu, pia kukus, dan bakpia Ajik.

Sembari memperhatikan perkembangan penanganan Covid-19, Ajik perlahan membuka kembali sejumlah toko Krisna oleh-oleh Bali pada Juli 2020 dengan menerapkan Protokol Kesehatan. Baik staf maupun pengunjung harus memakai masker, menjaga jarak fisik, dan mencuci tangan di tempat yang telah tersedia sebelum masuk toko.

Ajik bersyukur, pemerintah turut mendukung bisnisnya dengan datang dan berbelanja di Krisna oleh-oleh Bali.

Ajik ingat saat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio dan anak Wakil Presiden Ma’ruf Amin berkunjung ke toko Krisna beberapa waktu lalu.

“Kami taat Protokol Kesehatan,” ucap dia.

Perlahan, mulai November dan Desember 2020, toko Krisna oleh-oleh Bali sudah beroperasi kembali hampir 60 persen. “Saya optimistis di 2021 Krisna oleh-oleh Bali akan kembali seratus persen. Harus optimistis,” ucap dia.

Sejak kembali buka lima bulan lalu, Ajik yang menjual hasil karya 475 usaha mikro, kecil, dan menengah di Bali berharap para pemasoknya kembali memproduksi dengan jumlah lebih banyak. Dengan begitu, para pekerja yang dirumahkan bisa kembali mendapatkan penghasilan. (* – TiR).-

Komentar