Di India, Wagub Cok Ace Kenalkan Nilai-Nilai Sad Kertih dari Bali

Nilai kebajikan ini menegaskan pandangan holisme masyarakat Bali dalam memahami realitas dunia dan kehidupan,” imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, Guru Besar ISI ini juga mengatakan bahwa pembangunan yang hanya berorientasi pada kemajuan material tentu tidak sejalan dengan kebijaksanaan Timur yang mengedepankan kesimbangan material dan spiritual.

Selain itu, pembangunan yang berorientasi material juga berpotensi menciptakan kondisi disharmoni pada berbagai aspek kehidupan. “Oleh karena itu, transformasi kebudayaan dalam pembangunan harus terus dilakukan dapat merajut serat budaya dan tata nilai baru yang selaras dengan harapan serta tujuan ideal masyarakat. Fenomena ini menjadi momentum refleksivitas untuk melihat kembali pembangunan pada dunia dunia Timur dengan kebijaksanaan kulturalnya masing-masing,” jelasnya.

Dengan kekuatan kultural ini, ia berpendapat bahwa masyarakat di Dunia Timur akan mampu mengikuti kecenderungan gerak pembangunan global yang mengarah pada Sustainable Development Goals (SDGs). Perubahan mendasar dalam paradigma SDGs adalah prinsip “tidak seorang pun yang ditinggalkan”, yakni kesetaraan antarnegara dan antar-warga negara yang mencakup empat pilar pembangunan, yakni (1) pembangunan manusia, (2) pembangunan ekonomi, (3) pembangunan lingkungan hidup; dan (4) tata kelola pemerintahan.

“Artinya, eksemplar wacana ini menyajikan ruang bagi rekontekstualisasi dan revitalisasi kultur lokal sebagai modal dasar pembangunan. Pada hakikatnya, Nangun Sad Kertih Loka Bali juga dilandasi prinsip pembangunan holistik dan berkelanjutan sebagaimana empat pilar SDGs tersebut,” tutupnya.

DDC 2023 merupakan Konferensi Dharma tingkat dunia hasil kerjasama India Foundation dengan Fakultas Ilmu Agama Buddha dan Kajian India, Universita Sanchi. Konferensi ini bertujuan untuk mempertemukan para pemimpin agama, pemimpin politik dan pemikir dari tradisi Dharma-Dhamma guna merancang pembangunan kerangka filosofi untuk sebuah tatanan dunia baru.

Konferensi pada hari itu menghadirkan pembicara tokoh-tokoh dunia, seperti Menteri Dalam Negeri dan Kebudayaan Bhutan, Ugyen Dorji, Menteri Buddhasasana, Agama dan Kebudayaan Sri Lanka, Vidura Wickramanayaka, Menteri Utama daerah Arunachal Pradesh, Pema Khandu, serta dibuka langsung oleh Presiden India Smt. Droupadi Murmu.

Komentar