DLH Buleleng Laksanakan Penanaman 3.000 Pohon Jenis Sengon Di Tigawasa Dan Cempaga

JurnalPatroliNews – Buleleng  : Musim penghujan telah tiba, beberapa lahan terbilang gundul mulai diperhatikan Pemkab Buleleng.

Melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Buleleng yang bergerak bersama dengan pemerintah desa-desa di Buleleng, seperti penghijauan dua desa, baik Desa Cempaga dan Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar.

Sebanyak 3.000 Pohon jenis sengon ditanam pada lahan perhutani milik desa Adat setempat, dengan dipimpin langsung Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng Gede Melandrat mantan Kadis Ketapang, Kades Cempaga Putu Suarjaya, Kades Tigawasa Made Suadarmayasa.

Tiga ribu pohon tersebut di tanam oleh masyarakat dan 60 orang pegawai DLHK, khusus di Desa Cempaga 1.000 pohon, Desa Tigawasa 2.000 pohon. Kendati jalan licin dan memasuki kawasan hutan adat, para pegawai dinas tetap semangat Jumat pagi (26/03) pukul 07.30 Wita.

Keberadaan tanaman tersebut diharapkan dapat dijaga oleh masyarakat setempat, baik untuk penghijauan kawasan maupun nanti dapat menahan longsor.

Gede Melandrat selaku Kadis baru menjabat sebulan ini mengatakan, kegiatan penghijauan ini dilaksanakan kebetulan curah hujan masih ada di Buleleng, maka secepat-cepatnya kita lakukan guna menghijaukan lahan – lahan.

“Dua desa ini adalah desa penyangga kawasan wisata Lovina. Dengan melaksanakan ini, tentunya nanti dapat menjadi lahan produktif. Apalagi desa Cempaga dan Tigawasa berbatasan dan memiliki aliran air terjun Singsing yang ada di kawasan Temukus dan ini jenis pohon produktif yang memiliki nilai ekonomis dengan jenis sengon yang mudah dipelihara masyarakat serta kawasan tersebut dapat dijaga,” ujar Gede Melandrat didampingi Kades Cempaga.

Sementara Desa Tigawasa yang dikomando Sekretaris DLH bersama Kades Made Suadarmayasa, dengan luas lahan 50 hektar milik Desa Adat yang rencana dikontrak oleh Investor, kini ditunda dan ditanami pohon. Nantinya, selain dapat menjaga longsor, juga pemanfaatannya untuk penghijauan di musim kering .

“Ini merupakan program dari Dinas Lingkungan Hidup, Tigawasa khusunya di Dusun Konci dengan luas 50 hektar lahan desa Adat, program DLH kami sangat apresisasi,” sebut Suadarmayasa.

Dari 17 desa di Kecamatan Banjar, hanya dua desa yang baru dilirik, namun program ini berkesinambungan dilaksanakan kendati ada program Provinsi Bali bertema “Taman Bumi Banten”.

“Program
Provinsi Bali Taman Bumi Banten ini menanam pohon yang diperlukan untuk sarana dan prasarana kepentingan upacara keagamaan adat Bali,” ujar Made Swadarmayasa yang juga Penghulu Desa Adat.

Kendati 2.000 pohon jenis Sengon tersebut diberikan untuk lahan 50 hektar yang nyaplir dengan program provinsi, namun pihaknya lebih berharap kepada pemerintah terkait, nantinya dapat kembali lahannya ditanami pohon jenis Kelapa, Pinang. Pasalnya dua pohon tersebut sangat dipentingkan sekali masyarakat dalam membuat sarana upacara Hindu.

Pihaknya melihat selama ini dipasaran daun kelapa, maupun buah kelapa di datangkan dari luar Pulau Bali oleh oknum-oknum tertentu untuk mencari bangsa pasar.

“Kita harapkan sih tanaman yang lebih spesifik ditanam kenapa seperti itu, karena tanaman itu setiap upacara keagamaan sangat dipentingkan, contoh Kepala Gading, Kelapa Hijau, Pinang dari batang dan buahnya sangat diperlukan. Nah tanaman ini lah kami sangat perlukan, sehingga masyarakat tidak mesti keluar untuk mecarinya, jadi Konsep taman itu /program Taman Bumi Banten sejalan dengan umat Hindu di Bali. Mungkin nanti instansi lain seperti Dinas Pertanian , Ketapang bisa tergugah hati berpartisifasi menurunkan programnya kembali,” jelas Made Suadarmayasa

Lebih jelas dikatakan Suadarmayasa yang juga selaku Penghulu Desa Adat Tigawasa, tanaman tersebut jika tidak dilestarikan akan semakin punah, Tanaman Lokal Bali sebagai sumber daya genetik dan plasma nuftah, merupakan sarana upakara, Usada, dan Penghijauan, memiliki nilai sosial, ekonomi, budaya, dan religius.

“Dan keberadaan Tanaman Lokal Bali sebagai Taman Gumi Banten, sudah semakin langka dan terancam punah sehingga perlu upaya pelindungan, pembudidayaan dan pelestarian dalam rangka mewujudkan Visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru,” ungkapnya. (* – TiR).-

Komentar