JurnalPatroliNews – Jogja,.-Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Hajad Dalem Garebeg Besar untuk memperingati Idul Adha 1445 Hijriah atau tahun Jimawal 1957 menurut penanggalan Keraton.
Upacara budaya ini adalah salah satu perayaan penting dalam agama Islam yang rutin diselenggarakan oleh Keraton, bersama dengan Idulfitri dan Maulid Nabi Muhammad SAW. Garebeg Besar diartikan sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan terhadap Idul Adha, yang diwujudkan melalui pemberian rezeki kepada masyarakat dalam bentuk ubarampe gunungan berisi hasil bumi dari tanah Mataram.
Prosesi Garebeg Besar dimulai dengan mengarak gunungan dari Keraton menuju Kagungan Dalem Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, Kepatihan, dan Ndalem Mangkubumen. Setelah didoakan, gunungan tersebut dibagikan kepada masyarakat. Sebanyak 50 pareden gunungan diterima oleh Ndalem Mangkubumen.
Ndalem Mangkubumen, yang kini menjadi Kampus 1 Universitas Widya Mataram (UWM), memiliki nilai sejarah yang penting. Tempat ini dulunya adalah kediaman KGPH Mangkubumi, adik dari Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VI, Ndalem ini juga menjadi tempat tinggal Sri Sultan Hamengku Buwono VII saat masih menjadi putra mahkota dengan nama Pangeran Hangabehi. Sejarah ini menjadi landasan bagi pembagian pareden di Ndalem Mangkubumen yang dipulihkan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Acara sakral ini dihadiri oleh GKR Mangkubumi, GKR Maduretno, dan GKR Bendara, yang secara simbolis menerima dan membagikan gunungan di Ndalem Mangkubumen. Kehadiran para putri Keraton ini menambah keistimewaan dan kesakralan prosesi Garebeg Besar Idul Adha tahun ini.
Rektor UWM, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, memberikan tanggapan positif terkait penggunaan Kampus 1 UWM di Ndalem Mangkubumen sebagai lokasi untuk Garebeg Besar Idul Adha. “Kami sangat mendukung penggunaan Kampus 1 UWM di Ndalem Mangkubumen untuk Garebeg Besar Idul Adha. Ini mengembalikan kesakralan upacara garebeg dengan cara yang lebih teratur, tanpa adanya persaingan, dan tanpa pemborosan,” katanya.
Prof. Edy juga menambahkan bahwa tujuan dari pemberian bahan pangan yang sudah didoakan ini adalah untuk mengajak masyarakat agar selalu bersabar dalam mencari rezeki yang berkah dan sejahtera. “Momen ini tidak hanya untuk melestarikan budaya leluhur yang sarat dengan simbol-simbol keagamaan, tetapi juga dapat menjadi acara budaya dan wisata yang tercatat di Yogyakarta,” tambahnya.
Desy Ayu Krisna Murti S.T., M.Sc., Dosen Program Studi Arsitektur UWM dan Wakil Rektor I UWM yang hadir dalam acara garebeg, menyoroti pentingnya Ndalem Mangkubumen sebagai bangunan tradisional bersejarah yang sangat estetis. “Peranannya sebagai tempat tinggal pangeran yang menjadi pusat kegiatan pada zamannya akan dipulihkan seperti semula.
Kegiatan seremonial dilakukan di Pendopo Agung, sedangkan kegiatan yang lebih pribadi berlangsung di Bangsal Nehru,” jelasnya.
Ibu Sari, salah satu warga yang menerima ubarampe pareden gunungan, mengungkapkan kegembiraannya. “Saya sangat senang mendapatkan ubarampe ini. Ini adalah cara kita untuk melestarikan budaya sekaligus mencari berkah. Ubarampe pareden gunungan ini akan saya simpan sebagai kenang-kenangan,” ujarnya.
Dengan diselenggarakannya Hajad Dalem Garebeg Besar, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak hanya menunjukkan kekayaan budaya dan tradisi yang terus terjaga, tetapi juga menguatkan nilai-nilai religius dan kebersamaan masyarakat dalam merayakan hari besar Idul Adha.
Komentar