Hari Ini Soma Pemacekan Agung, Karya di Pura Dasar Buana Gelgel

 JurnalPatroliNews Klungkung – Pura Dasar Bhuana di Desa Gelgel, Klungkung merupakan salah satu peninggalan sejarah Klungkung yang dikenal sebagai pusat kerajaan di Bali. Selain sebagai satu-satunya pura dasar yang ada di Bali, pura ini juga memiliki keunikan dan fungsi khusus.

Pura Dasar Bhuana Gelgel yang dibangun Mpu Dwijaksara dari Kerajaan Wilwatikta (Kerajaan Majapahit) pada tahun Caka 1189 atau tahun 1267 Masehi.sebagai penghormatan terhadap Empu Ghana. Di pura inilah Mpu Ghana yang dikenal sebagai seorang Brahmana yang memiliki peran penting perkembangan agama Hindu di Bali, beryoga semadi (berparahyangan). Pura ini merupakan salah satu Dang Kahyangan Jagat di Bali.                                  

Selain sebagai Dang Kahyangan, pura yang berjarak sekitar 3 kilometer dari Kota Semarapura, Klungkung itu juga merupakan pusat panyungsungan catur warga yang berasal dari soroh/ klan di antaranya soroh/ klan Satria Dalem, Pasek (Maha Gotra Sanak Sapta Rsi), soroh Pande (Mahasamaya Warga Pande) dan klan Brahmana Siwa. Semuanya merupakan pengabih Ida Batara di Pura Dasar Bhuana Gelgel.

Dalam setahun, ada dua wali/ karya digelar yakni wali bertepatan dengan Pamacekan Agung, serta wali/ karya Padudusan yang jatuh pada Purnama Kapat.

Serangkaian Coma Pamacekan Agung, Senen (15/11) merupakan upacara wali karya Ida Batara di Pura Dasar Bhuana Gelgel, selain para per-ngempon Desa Pakraman Gelgel yang terdiri atas 28 banjar dan tiga desa dinas — Desa Gelgel, Desa Kamasan dan Desa Tojan, juga warga krama Pasek dari seluruh Bali, numplek blek tangkil, sujud bakti kehadapan Ida Batara.

Semeton Pasek banyak tangkil memuja Ratu Pasek, karena secara kuantitas Semetoj Pasek terbanyak di Bali. Jika saja orang Bali tetap bhakti kepada leluhurnya yang sejati, Ratu Pasek akan lebih banyak lagi dipuja umat, karena Beliau sejatinya adalah Panca Tirtha.

Keberadaan Pura Dasar Bhuana ini sebagai pengejawantahan sabda Tuhan menjadi sistem religi untuk menata masyarakat Hindu agar bersatu padu dalam kebhinekaan swadharma sesuai dengan wangsa dan varna-nya. Karena itu sistem wangsa atau soroh harus tetap ditegakkan untuk memuja leluhur mewujudkan empat pahala mulia yaitu hidup sehat sejahtera (ayu), berilmu (widya), mampu berbuat jasa pada sesama hidup ini (yasa) dan memiliki daya tahan diri yang kuat lahir batin (bala).

Kini, pada saat bencana alam banyak terjadi, seharusnya menyadarkan kita untuk lebih meningkatkan bakti pada Hyang Widhi dan Batara Kawitan. Mintalah petunjuk pada yang Widhi, dan minta juga restu dari Ratu Pasek. Rahayu

(*/TiR)

Komentar