Soal PTM di Bali, Disdikpora Bali Tunggu Pengumuman Jokowi Soal Status Level PPKM

JurnalPatroliNews Denpasar – Walaupun Bali masih menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Level 4, tetapi beberapa kelonggaran sudah mulai diterapkan.

Salah satunya adalah diizinkannya dibuka objek wisata dan pusat perbelanjaan atau mal di Bali dengan syarat 50 persen kapasitas dengan menerapkan protokol kesehatan sangat ketat dan menggunakan aplikasi PeduliLindungi.

Walaupun beberapa sektor telah diizinkan untuk dibuka, tetapi sektor pendidikan masih tetap belum diizinkan untuk melakukan tatap muka.

Terkait hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Provinsi Bali, Ketut Ngurah Boy Jayawibawa menyebut bahwa secara umum pihaknya telah siap menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) tersebut pada awal Agustus 2021 lalu.

Namun, pihaknya terpaksa menundanya akibat adanya penerapan PPKM Level 4 di Bali dan menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring.

“Nggih sudah siap karena dasarnya pada waktu Agustus awal tahun ajaran tatap muka itu kita sudah siap, cuma karena ada PPKM kita tunda ya,” katanya, Jumat 10 September 2021.

Oleh sebab itu, Boy menyebut jika pihaknya menunggu keputusan pemerintah pusat pada Senin 13 September 2021 mendatang yang memutuskan apakah Provinsi Bali mengalami turun level PPKM atau tetap level 4.

“Kita menunggu, perpanjangan Senin depan, kalau nanti turun menjadi level 3, itu ada biasanya di diktum 1 Inmendagri dijelaskan soal pendidikan. Kalau sekarang di level 4 itu masih PJJ,” paparnya.

Bahkan, pihaknya menegaskan apabila PPKM di Bali diputuskan untuk turun level, maka pihaknya akan segera bertindak cepat untuk mengeluarkan surat edaran Gubernur Bali terkait PTM.

“Sedangkan nanti ketika turun level itu satuan Pendidikan wajib menyediakan dua opsi pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran tatap muka, saya segera keluarkan edaran yang ditandatangani Pak Gubernur kalau memang turun,” paparnya.

Pihaknya juga menyebut jika saat ini pihaknya, termasuk satuan Pendidikan seperti sekolah juga sudah mulai mempersiapkan diri untuk menyiapkan PTM.

Nantinya, dalam prosesnya sekolah akan berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 di daerah setempat untuk menjaga keamanan dari penyebaran Covid-19.

“Ada beberapa kriteria atau daftar periksa lah. Kalau penanganan Covid di Bali itu kan berbasis desa adat atau kewilayahan. Nanti silahkan berkoordinasi dengan satgas setempat dengan daftar periksa yang sudah dipenuhi itu kami berharap pelakasanaan PTM terbatas bisa berjalan dengan hati-hati,” paparnya.

Tidak hanya itu, pihaknya juga saat ini sedang mulai merumuskan sistem pembelajaran hybrid atau gabungan antara PTM dengan daring apabila pandemi telah usai.

Ide ini sendiri menurutnya datang langsung dari Gubernur Bali, Wayan Koster sebagai bagian dari pemerataan pendidikan di Bali.

“Pak Gubernur melihat kondisi sekarang sudah berjalan. Nantinya pembelajaran secara hybrid atau blended itu diteruskan dengan catatan mana yang bisa daring tentu ada alokasi waktu yang bisa dimanfaatkan oleh anak kita, itu yang sedang kita rumuskan,” paparnya.

Terpisah, Kepala Sekolah SMAN 1 Denpasar, M. Rida juga mengaku siap untuk melaksanakan PTM apabila telah ada izin dari pemerintah pusat.

Bahkan, berbagai persiapan juga sudah dilakukan oleh pihak SMAN 1 Denpasar.

“Dari sekolah sendiri kami sudah siap protokol kesehatan Covid-19, dari Thermogun, tempat cuci tangan, dan sekolah disemprot dua hari sekali, surat ijin orang tua. Cuma kita tunggu perintah pusat aja,” katanya.

Bahkan, ia menyebutkan bahwa anak didiknya juga sudah rindu untuk melakukan PTM di kelas.

Menurut dia, mereka seringkali bertanya kepada guru-gurunya terkait kapan akan dilaksanakan PTM saat sekolah online.

“Anak-anak juga merindukan itu,” tegasnya.

Sementara, salah seorang orang tua murid, H.R. Dicky Setiawan Suryonotokusumo berharap proses PTM segera dibuka oleh pemerintah.

Pasalnya, menurut dia, proses pembelajaran daring selama ini justru tidak efektif dilakukan.

“Kalau sebagai orang tua sih saya berharap segera dibuka, kalau daring itu gak efektif, hanya buang kuota saja, anak-anak tidak konsen dalam pembelajaran, beda kalau tatap muka langsung, pembejalaran bisa langsung masuk ke anak-anak,” katanya.

Bahkan, ia menyebutkan anak-anaknya bahkan sudah rindu untuk datang ke sekolah.

“Anak-anak saya sudah bosan sekolah daring, mereka kangen ke sekolah,” ucapnya. (* – TiR).-

Komentar