Aktualisasikan Semangat Nabi Ibrahim untuk Sejahterakan Ummat

JurnalPatroliNews – Jakarta – Prosesi ibadah haji dan ibadah qurban yang diperintahkan oleh Allah SWT tidak lepas dari napak tilas perjalanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS yang penuh pengorbanan untuk menjalankan perintah Allah. Semangat rela berkorban, semangat kerja keras dalam mengarungi kehidupan, dan keikhlasan dalam berbuat, bisa diaktualisasikan dalam konteks sekarang, utamanya untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia yang masih banyak hidup dalam kemiskinan dan kepapaan.

Demikian disampaikan Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Prof. Edy Suandi Hamid dalam khutbah Sholat Idul Adha yang diadakan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Banyuraden di halaman Kampus Terpadu UWM Banyuraden pada Senin (17/6/2024) pukul 06.30 WIB. Sholat Idul Adha dihadiri lebih dari 500 jamaah, dengan imam Muhammad Hamdan, S.Ag.

“Kita merayakan Idul Adha kali ini, insha Allah dengan sukactita. Namun tahukan kita, di sekeliling kita, di desa dan kota di negeri yang sering disebut zamrud khatulistiwa ini, masih banyak masyarakat hidup di bawah kemiskinan. Jumlahnya lebih 26 juta jiwa, atau hampir 10% dari total populasi Indonesia. Artinya mereka hidup dalam serba kepapaan, kekurangan, baik pangan, sandang, pemukiman, kesehatan, apalagi Pendidikan,” ujar Rektor UWM yang juga seorang ekonom tersebut. “Lebih 7,2 juta angkatan kerja kita juga menganggur, hidup dengan segala keterbatasannya,” tambahnya.

Dikatakan Prof. Edy Suandi Hamid, dalam konteks sekarang, ruh dan semangat yang ditunjukkan Ibrahim AS dan Ismail AS sangat relevan, yakni semangat pengorbanan. “Bagaimana kita dengan kemampuan masing-masing untuk rela berkorban membantu sesama yang membutuhkan uluran tangan. Kita membantu dan meringankan sesama saudara kita yang fakir, miskin, kaum duafa, mustadh ‘afin, sehingga lepas dari kemiskinan dan kesengsaraan, mewujudkan cita-cita masyarakat adil Makmur,” papar mantan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) ini.

Dikemukakan Prof Edy, menjadi menyedihkan di tengah kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan itu, ada pejabat yang diberi amanah kepemimpinan negara atau daerah, bukan berkorban untuk negara seperti pahlawan-pejuang terdahulu, sebaliknya mengorbankan negara untuk kepentingan pribadi atau kroninya. “Memanfaatkan amanah untuk kepentingan diri, dengan tindakan koruptif, praktik risywah, ghulul, fasad, atau sejenisnya, yang merugikan negara dan rakyat banyak. Sikap demikian tentu jauh dari nilai yang dicontohkan Nabi Ibrahim, yang berkorban semata karena Allah SWT,” ungkap Prof Edy.

Komentar