Demi Jaga Ekonomi, Jokowi Pilih PPKM Mikro, Tepat atau Blunder?

JurnalPatroliNews, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memutuskan untuk memilih Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro ketimbang lockdown untuk mengatasi kasus COVID-19 yang terus menanjak. Salah satu pertimbangannya adalah faktor ekonomi.

PPKM Mikro lebih ampuh ketimbang lockdown? Menurut Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda sebelum menentukan kebijakan ada baiknya melihat terlebih dahulu penyebab ekonomi tertekan di masa pandemi. Menurutnya ada dua hal yang menjadi alasan utama.

Pertama, mobilitas masyarakat sangat terbatas sehingga sebagian besar masyarakat menahan konsumsinya. Hal itu tercermin dari data konsumsi masyarakat yang menurun serta dana pihak ketiga (DPK) perbankan yang meningkat.

“Kenapa sih masyarakat enggan membelanjakan uangnya? Karena mereka khawatir pandemi masih terjadi, takut tertular, maka mereka menahan konsumsinya,” ucapnya saat dihubungi rekan media, Kamis (24/6/2021).

Kedua, lanjut Huda, pendapatan masyarakat menurun. Penyebabnya di antaranya badai PHK, banyak pelaku usaha yang tutup, dan lain sebagainya. Akibatnya pendapatan menurun.

“Walaupun sudah dikasih bansos namun penyaluran yang amburadul dan dikorupsi, tidak efektif menaikkan konsumsi masyarakat,” terangnya.

Berdasarkan dua penyebab itu menurut Huda opsi lockdown merupakan pilihan yang tepat. Sebab virus COVID-19 yang menjadi akar utama permasalahan harus dituntaskan terlebih dahulu.

“Jika pemerintah memilih PPKM Mikro yang ditebalkan, artinya pemerintah bukan menjaga momentum ekonomi tapi ada alasan lainnya. Toh kalau mau menjaga momentum ekonomi ya selesaikan pandemi secara tuntas. Saya pikir alasan biaya lockdown yang tidak disanggupi oleh pemerintah. Ketika terjadi lonjakan kasus seperti saat ini, ya ekonomi tambah jeblok. Target pertumbuhan ekonomi 7% dari Presiden Jokowi cuman jadi mimpi belaka,” tuturnya.

Ekonom Center of Reform of Economics (CORE), Yusuf Rendi mengatakan, mungkin salah satu pertimbangan pemerintah memilih PPKM Mikro karena melihat pengalaman negara lain di tahun lalu. Banyak negara yang menerapkan lockdown, kontraksi ekonominya jauh lebih dalam dibanding Indonesia.

“Kalau belajar dari pengalaman tahun lalu dan perbandingan dengan beberapa negara sekilas apa yang diharapkan pemerintah melalui PPKM Mikro bisa tercapai. Karena ketika banyak negara yang mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi yang sangat dalam, pertumbuhan ekonomi Indonesia ‘hanya’ terkontraksi -2%,” terangnya.

Namun, menurut Yusuf adalah hal penting harus juga menjadi bahan pertimbangan. Negara-negara yang menerapkan lockdown memang mengalami kontraksi yang sangat dalam, tapi setelah berhasil melawan pandemi ekonominya tumbuh signifikan.

“Jangan dilupakan juga bahwa ada juga negara yang juga menerapkan lockdown, tetapi berhasil tumbuh lebih stabil dibandingkan Indonesia, salah satunya Vietnam. Apalagi kalau kita lihat slope kenaikan yang sejauh ini sudah jauh lebih tinggi dibandingkan first wave, sehingga seharusnya pendekatan kebijakannya berbeda dengan sebelumnya,” tuturnya.

(*/lk)

Komentar