Kata Boeing Soal RI Mau Beli 8 Tanker Terbang MV-22 Osprey

JurnalPatroliNews – Jakarta, Boeing melihat kesepakatan dengan Indonesia untuk membeli helikopter MV-22 Osprey masih jauh dari kepastian. Padahal, rencana ini sudah mencuat sejak tahun lalu.

Wakil Presiden Penjualan Internasional dan Kemitraan Strategis di Boeing Defence Space & Security, Maria Laine, pun menjelaskan progres negosiasi dengan Indonesia tentang pembelian Osprey saat ini.

Seperti dilansir dari Flight Global, Jumat (23/7/2021), dia menjelaskan Indonesia memiliki sejumlah persyaratan pertahanan, dan keterbatasan anggaran. Menurutnya, pemerintah Indonesia juga harus memastikan prioritasnya.

“Kami terus berhubungan erat dan mengamati perkembangan itu, dan kemudian melihat mana yang diprioritaskan karena mereka juga terus melakukan modernisasi Angkatan bersenjata mereka,” kata Laine.

“Tapi saya pikir mungkin lebih baik menanyakan pertanyaan ini kepada pemerintah Indonesia dalam hal di mana mereka menyetujuinya, dalam hal urutan prioritas,” tambahnya.

Kepala Penjualan Pertahanan Boeing di Asia Pasifik, Randy Rotte, mengatakan penjualan Osprey ke Indonesia adalah kampanye yang berada di bawah naungan penjualan militer asing milik pemerintah AS.

“Ini adalah contoh yang bagus dari militer AS yang bekerja sama dengan Indonesia, dan OEM Boeing dan Bell. Kami terus mencoba menemukan solusi yang dapat disesuaikan kebutuhan semua pihak,” katanya.

Namun Rotte menyinggung tantangan domestik yang dihadapi Indonesia, terutama selama pandemi virus corona.

Tahun lalu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sudah menyepakati penjualan delapan pesawat hybrid semi helikopter angkut militer Jenis MV-22 Block C Osprey. Hal ini diungkapkan dari keterangan resmi Defence Security Cooperation Agency (DSCA), Senin (6/7/2020).

Rilis DSCA juga menyebutkan Indonesia juga hendak membeli sejumlah alutsista antara lain 24 AE 1107C Rolls Royce Engine, 20 Sistem Peringatan Rudal AN/ AAR-47, dan 20 Machine Guns GAU-21. Pembelian itu juga meliputi pelatihan personel, peralatan pelatihan, hingga dukungan teknis lainnya.

Perkiraan total biaya US$ 2 miliar atau setara Rp 28 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per US$). Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung tujuan kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional Amerika Serikat dengan meningkatkan keamanan mitra regional penting yang merupakan kekuatan bagi stabilitas politik dan kemajuan ekonomi di wilayah Asia Pasifik.

Juru Bicara Menteri Pertahanan Dahnil Anzar Simanjuntak sempat ditanya terkait hal tersebut dalam acara peluncuran buku “Ekonomi Pertahanan Menghadapi Perang Generasi Keenam Karya Laksdya TNI Agus Setiadji” yang berlangsung secara virtual, Selasa (7/7/2020). Namun, Dahnil enggan menjawab pertanyaan tersebut.

“Saya kira cukup,” katanya.

(cnbc)

Komentar