Oleh karena itu, pengenalan tungku ramah lingkungan ini diharapkan dapat mengurangi risiko kesehatan serta membantu melindungi lapisan ozon.
Sekretaris Deputi Bidang Usaha Mikro KemenKopUKM Bagus Rachman, dalam kick off meeting di PLUT-KUMKM Banten, menambahkan bahwa pentingnya mendorong pengembangan inovasi ini agar manfaat ekonominya lebih luas dirasakan masyarakat.
“Penerapan tungku ramah lingkungan ini dalam industri rumah tangga memiliki potensi yang besar,” ucap Bagus.
Sementara itu, Prof Motohiro Kurokawa dari Kurokawa Laboratory menjelaskan bahwa inovasi tungku yang diperkenalkan ini dapat mengurangi potensi kematian akibat asap serta mempermudah proses memasak di masyarakat rural.
“Penggunaan pelet sebagai bahan bakar, lebih praktis dan tidak memerlukan pemotongan seperti kayu bakar. Ini diharapkan menjadi solusi yang lebih sehat dan efisien,” ujar Motohiro.
Dalam acara ini, tim gabungan dari Kurokawa Laboratory yang terdiri dari 7 mahasiswa dari Takasaki City University, Jepang, serta tim dari KemenkopUKM dan PLUT-KUMKM, mengunjungi Koperasi Create Handycraft Innovation Product (CHIP) di Pandeglang.
Kunjungan itu untuk menjajaki potensi kemitraan rantai pasok di sektor ekonomi hijau. Ini menjadi langkah awal dalam memproduksi tungku dan pelet, khusus di Indonesia.
Komentar