Kolaborasi Universitas Moestopo dan Kemendes Dorong Kerja Sama Desa Hadapi Globalisasi

Untuk mempersiapkan desa menuju era globalisasi, selain pencapaian 18 fokus SDGs Desa, perlu pula dilakukan optimalisasi potensi desa salah satunya dengan konsep ‘One Village, One Product’ atau OVOP.

“Perlu pula membuka jejaring antara desa, bukan hanya di satu provinsi atau negara, tapi juga jejaring dengan desa lain di ASEAN. Hal ini untuk meningkatkan pengetahuan kepala desa terkait penyelesaian persoalan, pengembangan potensi, hingga hubungan ekonomi antar desa. Pada akhirnya entitas-entitas kecil di negara ini malah bisa menjadi pendorong pembangunan nasional,” papar Pemerhati Kajian Kerja Sama Desa Global, Universitas Jenderal Soedirman, Dr. Agus Haryanto, M.Si.

Hal yang sama ditegaskan oleh Ketua Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG), Universitas Indonesia, Guntur Subagja Mahardika, M.Si.

Desa, menurut Guntur, memiliki potensi besar untuk berkembang salah satunya dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Untuk itu, ekosistem desa digital yang terintegrasi harus benar-benar dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan asli desa (PADes).

Dengan memanfaatkan ekosistem desa digital, desa bisa membangun dirinya mulai dari memasarkan hasil pertanian, perikanan, atau perkebunan, serta berbagai produk lain dari desanya, mengembangkan potensi desa wisata, keuangan yang menjadi lebih inklusif, logistik yang lebih merata, hingga informasi dan pendidikan yang lebih baik. 

“Dengan begitu, desa digital bisa menjadi penggerak ekonomi desa, agregator dan integrator produk rakyat hingga peningkatan kualitas SDM yang pada akhirnya membuat desa bisa menghadapi globalisasi dengan kekuatannya,” papar Guntur yang juga merupakan Ketua Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI).

Komentar