Ketegangan Meningkat, Netanyahu Keluarkan Ancaman Baru dalam Perang Gaza dan Libanon

JurnalPatroliNews – Jakarta – Perang di Timur Tengah semakin memanas, dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan ancaman baru untuk melanjutkan agresi militer di Gaza dan Libanon.

Harapan akan perdamaian seakan pupus setelah pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, terbunuh dalam serangan oleh tentara Israel. Sinwar adalah tokoh kunci yang memicu serangan besar-besaran pada 7 Oktober 2023, yang kini berujung pada konflik berkepanjangan.

Setelah pembunuhan Sinwar, Netanyahu berjanji untuk melanjutkan perang, yang kini telah meluas dari Gaza hingga ke Libanon selatan. “Perang, saudara-saudaraku, belum berakhir,” tegas Netanyahu kepada rakyat Israel, mengutip Reuters pada 18 Oktober 2024.

Ia menekankan bahwa operasi militer akan terus dilakukan hingga semua sandera yang ditahan oleh Hamas dibebaskan.

Pernyataan Netanyahu kontras dengan pandangan para pemimpin Barat, termasuk Presiden AS Joe Biden, yang berpendapat bahwa kematian Sinwar seharusnya membuka jalan bagi gencatan senjata.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, menyatakan bahwa kematian Sinwar dapat menghilangkan salah satu hambatan utama untuk mencapai kesepakatan damai.

“Tidak dapat diprediksi bahwa pengganti Sinwar akan siap untuk gencatan senjata, tetapi jelas bahwa situasi telah berubah,” ungkap Miller. Sinwar, pemimpin Hamas setelah Ismail Haniyeh, diyakini bersembunyi di terowongan yang dibangun di Gaza selama dua dekade.

Dalam aksi militer yang dramatis, militer Israel merilis video drone yang menunjukkan Sinwar dalam keadaan sekarat di tengah puing-puing. Dalam video tersebut, terlihat bahwa dia melawan dengan melemparkan sebuah tongkat ke arah drone, menandakan desperate attempt untuk bertahan hidup.

Hingga saat ini, Hamas belum memberikan komentar resmi mengenai kematian Sinwar, meskipun sumber dalam kelompok tersebut mengindikasikan bahwa mereka menerima berita tentang kematiannya.

Ketegangan yang terus meningkat di kawasan ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut, terutama dengan Hizbullah dari Lebanon yang bersumpah untuk meningkatkan pertempuran melawan Israel.

Komitmen mereka untuk perlawanan hanya memperburuk situasi dan meningkatkan risiko konflik yang lebih luas di wilayah tersebut.

Komentar