JurnalPatroliNews – Jakarta – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengeluarkan pernyataan mendesak kepada Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, untuk segera memindahkan pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) yang ditempatkan di Lebanon selatan.
Dalam pernyataannya pada Minggu (13/10), Netanyahu meminta agar pasukan tersebut segera dikeluarkan dari wilayah yang dianggap berbahaya, terutama setelah sejumlah anggota UNIFIL terluka dalam insiden tembakan Israel.
Netanyahu menegaskan bahwa Israel telah berulang kali meminta UNIFIL untuk mundur dari daerah perbatasan. Ia menyatakan bahwa keberadaan pasukan UNIFIL di lokasi tersebut menjadikan mereka sebagai “perisai manusia” bagi kelompok Hizbullah.
“Penolakan Anda untuk mengevakuasi tentara UNIFIL menjadikan mereka sandera Hizbullah. Ini membahayakan mereka dan nyawa tentara kita,” ungkapnya saat rapat kabinet.
Meskipun Netanyahu menyampaikan keprihatinan mengenai keselamatan pasukan UNIFIL, juru bicara UNIFIL, Andrea Tenenti, menegaskan bahwa pasukan tersebut akan tetap berada di posisinya.
Tenenti menjelaskan bahwa keputusan untuk tetap bertahan di wilayah tersebut diambil secara bulat, mengingat pentingnya kehadiran bendera PBB sebagai simbol perdamaian dan untuk melaporkan situasi di lapangan kepada Dewan Keamanan.
Israel sebelumnya telah meminta agar UNIFIL mundur sejauh lima kilometer dari garis biru (blue line), batas antara Israel dan Lebanon. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh UNIFIL, yang terdiri dari sekitar 9.500 tentara dari berbagai negara.
UNIFIL dibentuk pada tahun 1978 untuk memantau gencatan senjata yang mengakhiri perang antara Israel dan Hizbullah pada tahun 2006.
Serangan baru-baru ini terhadap pasukan penjaga perdamaian telah memicu kecaman dari 40 negara yang berkontribusi pada UNIFIL. Mereka mengeluarkan pernyataan bersama yang “mengutuk keras” tindakan tersebut, dan menyerukan agar serangan seperti itu dihentikan serta diselidiki secara memadai.
Pernyataan ini juga mencerminkan dukungan dari negara-negara seperti Indonesia, Italia, dan India, yang merupakan kontributor utama untuk misi tersebut.
Dengan situasi yang semakin tegang di Lebanon dan permintaan mendesak dari Netanyahu, masa depan kehadiran UNIFIL di wilayah tersebut tetap menjadi perhatian utama dalam upaya menjaga stabilitas di kawasan yang rawan konflik ini.
Komentar