Beda buku Pancasila ini adalah bagaimana buku ini dirumus: 70% praktek dan 30% teori, yang berarti buku ini memberikan kesempatan para siswa untuk berproses menjadi insan Pancasila. Murid-murid mengalami realitas dan mampu berefleksi secara langsung dengan aktualisasi nilai-nilai Pancasila. Siswa bisa menghayati Pancasila menjadi bagian dari jiwa dan raganya sebagai warga negara Indonesia; Pancasila bukan lagi hafalan, dimana para murid hanya belajar untuk mengingat sila-sila dan butir-butir Pancasila, tetapi Pancasila benar menjadi acuan untuk bertindak, bernalar, dan beraktualisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
BTU ini mengajak agar Pancasila diaktualisasikan nyata dalam kehidupan. Kita diajak untuk mampu mengekspresikan rasa-rasa dalam nilai-nilai Pancasila, nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerjasama dan Gotong Royong, serta Keadilan. Bukan cuma pengetahuan, tetapi juga nilai afektif, serta siswa mampu mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Ini sesuai dengan harapan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, yaitu agar Pendidikan Pancasila menjadi cara bagaimana praktek Pancasila bangsa Indonesia. Manusia Indonesia pun memiliki bekal berupa rasa sayang kepada negara, budaya, dan ideologi negaranya, sebelum terjun bersaing di dunia global, agar tidak terbawa arus globalisasi. Seperti Ki Hajar Dewantara, tujuan Pendidikan adalah untuk membuat kecakapan dan membuat siswa mencintai budaya, negaranya, tanah airnya. Itulah yang ingin disajikan buku ini: Pendidikan Pancasila menjadi penting untuk membangun kembali nilai karakter Pancasila di masyarakat Indonesia.
Komentar