Peternakan Babi di RI Pening, Singapura Stop Impor Babi Hidup, Ini Alasannya?

JurnalPatroliNews – Jakarta – Wabah demam babi Afrika (ASF) di sebuah peternakan di Pulau Bulan, Indonesia, membuat pening Singapura. Pasalnya pertenakan tersebut merupakan salah satu sumber impor daging babi negara tetangga RI.

Badan Pangan Singapura (SFA) pada Selasa (9/5/2023) mengatakan dimulainya kembali produksi dan ekspor babi hidup dari Pulau Bulan Indonesia bisa memakan waktu hingga satu tahun.

Sebelumnya, Singapura telah menghentikan impor babi hidup dari pulau itu setelah demam babi Afrika (ASF) terdeteksi di beberapa bangkai babi. Bangkai tersebut berasal dari konsinyasi babi hidup dari Pulau Bulan dan telah dikeluarkan dari proses pemotongan.

Dalam sebuah unggahan Facebook, SFA mengatakan pihak berwenang Singapura akan terus menilai situasinya.

“Gangguan pasokan pangan seperti itu dapat terjadi dari waktu ke waktu. Kami akan terus bekerja sama dengan industri untuk mendiversifikasi sumber impor kami dan memperkuat ketahanan pangan kami,” katanya, dikutip dari Channel News Asia.

Meski begitu, Meksiko baru-baru ini disetujui untuk mengekspor daging babi dingin ke Singapura.
Presiden Asosiasi Pedagang Daging di Singapura Alvin Kwek juga menambahkan bahwa anggotanya telah mengaktifkan lebih dari 20 sumber daging babi dingin dan beku dari berbagai negara.

Mereka memiliki stok daging babi beku yang cukup untuk bertahan selama berbulan-bulan jika rantai pasokan daging babi terganggu, katanya dalam siaran pers.

“Kami mendesak pelaku industri dan konsumen untuk terbuka terhadap sumber pasokan alternatif dan tetap fleksibel dengan mempertimbangkan penggunaan daging babi dingin atau beku dari sumber alternatif,” katanya.

Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (WOAH) sebelumnya mengatakan Indonesia telah mengkonfirmasi wabah ASF di sebuah peternakan di Pulau Bulan yang terletak di Kepulauan Riau dan berdekatan dengan pulau Batam.

Mengutip pihak berwenang Indonesia, WOAH yang berbasis di Paris mengatakan wabah ASF telah membunuh 35.297 babi dari 285.034 ekor babi di sebuah peternakan di Pulau Bulan. Wabah terdeteksi pada 1 April dan dikonfirmasi pada 28 April.

Sumber wabah di Indonesia masih belum diketahui tetapi otoritas dokter hewan mengatakan kepada WOAH bahwa manusia, kendaraan, pakan, lalat, dan babi hutan mungkin telah memainkan peran penting dalam masuknya ASF di peternakan.

Mereka juga menegaskan bahwa penyelidikan dimulai setelah penyakit tersebut terdeteksi oleh SFA Singapura pada babi impor.

Komentar