JurnalPatroliNews – Jakarta – Prancis semakin memperkuat kehadiran militernya di kawasan Asia Pasifik, dengan rencana pengerahan armada kapal induk Charles de Gaulle yang bertenaga nuklir ke wilayah ini.
Pengerahan kapal induk ini merupakan bagian dari strategi Prancis untuk meningkatkan peranannya di kawasan strategis tersebut, termasuk wilayah sekitar Indonesia.
Berdasarkan laporan Radio Free Asia (RFA), Angkatan Laut Prancis mengungkapkan bahwa kelompok tempur kapal induk yang dipimpin Charles de Gaulle telah melaksanakan latihan intensif selama tiga minggu pada 4-25 Oktober 2024 di Laut Mediterania.
Sesi pelatihan ini bertujuan untuk mempersiapkan pengerahan armada militer tersebut dalam beberapa bulan ke depan.
Dalam siaran pers resmi, Angkatan Laut Prancis menyebutkan bahwa persiapan logistik dan operasional sedang dilakukan untuk pengerahan armada tersebut.
Meskipun tidak disebutkan secara spesifik tujuan akhir kelompok kapal induk itu, laporan dari Naval News menyebutkan bahwa armada ini akan melintasi Mediterania Timur, Laut Merah, dan Samudra Hindia, dengan kemungkinan penempatan di ujung terjauh Samudra Pasifik.
Kehadiran kapal induk Charles de Gaulle juga kemungkinan akan mencakup beberapa kapal perang lainnya, kapal selam serang bertenaga nuklir, serta kapal logistik dan pendukung lainnya. Sayap udara kapal induk tersebut terdiri dari 24 jet tempur Rafale Marine, dua pesawat E-2C Hawkeye AEW untuk pengawasan udara, dan empat helikopter.
Sekitar 3.000 pelaut dan penerbang angkatan laut Prancis akan terlibat dalam latihan multinasional yang difokuskan pada isu-isu keamanan maritim, termasuk di Selat Indonesia, yang merupakan jalur pelayaran vital bagi perdagangan internasional.
Latihan ini dipandang sebagai langkah untuk memperkuat kerjasama antara negara-negara Asia-Pasifik dan negara-negara Eropa dalam menjaga stabilitas kawasan.
Prancis memiliki sejarah panjang keterlibatan di Pasifik, dengan beberapa kesepakatan senjata dan bantuan militer di negara-negara seperti Indonesia dan Singapura.
Baru-baru ini, Prancis juga mengumumkan proyek bantuan senilai US$438 juta untuk menyediakan 40 kapal patroli bagi Penjaga Pantai Filipina.
Namun, pengerahan ini memicu reaksi dari China yang menyatakan keprihatinannya melalui media resmi. Global Times, kantor berita milik pemerintah China, mengkritik langkah Prancis sebagai upaya memperbesar pengaruh NATO di kawasan Asia-Pasifik, yang mereka klaim dapat meningkatkan ketegangan regional.
Komentar