RI Jadi Incaran Investasi Bisnis Baru, Tapi Butuh Energi Bersih untuk Kembangkan Data Center

JurnalPatroliNews – Jakarta – Indonesia kini menjadi sorotan bagi investor global, terutama dalam sektor teknologi dan kecerdasan buatan (AI), berkat potensi besar yang dimilikinya dalam pembangunan data center atau pusat data. Namun, untuk mengoptimalkan potensi ini, Indonesia harus memastikan pasokan energi yang stabil dan bersih.

Anggawira, Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Infrastruktur Migas, mengungkapkan bahwa sektor data center merupakan salah satu bisnis baru yang menjanjikan. Namun, sektor ini memerlukan sumber energi yang cukup besar dan andal untuk mendukung pertumbuhannya.

“Yang sangat menarik adalah bagaimana energi menjadi faktor utama untuk mendorong AI dan digitalisasi. Energi yang handal sangat dibutuhkan untuk mendukung perkembangan data center ini,” kata Anggawira yg di lansir CNBC Indonesia pada Selasa, 5 November 2024.

Banyak perusahaan yang bergerak di sektor data center sudah menunjukkan niatnya untuk berinvestasi di Indonesia. Menurut Anggawira, investasi ini berpotensi mendatangkan kemajuan signifikan bagi perekonomian Indonesia, namun dengan catatan bahwa pasokan listrik yang stabil dan bersih harus tersedia untuk memfasilitasi tumbuhnya sektor ini.

“Komitmen perusahaan untuk berinvestasi di Indonesia semakin kuat, namun untuk mengoptimalkan potensi ini, kami memerlukan ketangguhan dalam penyediaan energi, terutama listrik,” ujarnya.

Untuk itu, Indonesia berharap bisa mengandalkan sumber energi bersih, seperti gas bumi. Anggawira menjelaskan bahwa gas alam, terutama Liquefied Natural Gas (LNG), akan menjadi salah satu sumber energi utama dalam beberapa tahun mendatang, mengingat surplus gas yang diprediksi akan tersedia dalam 2-3 tahun ke depan.

“Indonesia akan memiliki surplus gas yang cukup besar dalam beberapa tahun ke depan, dan ini harus dioptimalkan untuk mendukung kebutuhan energi sektor data center,” kata Anggawira. Salah satu contoh yang telah sukses adalah pengembangan data center di Cikarang yang memanfaatkan gas sebagai sumber energi.

Sebagai informasi, industri data center secara global diproyeksikan tumbuh pesat, dengan nilai pasar diperkirakan mencapai US$ 39,7 miliar pada 2032, meningkat 4,8% per tahun. Indonesia sendiri memiliki peluang pasar yang signifikan, dengan potensi pasar data center mencapai US$ 3,37 miliar pada tahun 2024.

Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, juga menekankan pentingnya Indonesia untuk belajar dari negara-negara yang sudah lebih dahulu mengembangkan ekosistem data center, seperti Malaysia, Vietnam, dan India.

Menurutnya, kemudahan perizinan, ketersediaan infrastruktur, serta pasokan energi yang handal adalah faktor kunci yang perlu diperhatikan untuk menarik investasi.

Johor Bahru di Malaysia, Hanoi di Vietnam, dan Mumbai di India adalah contoh kota-kota yang sudah menjadi pusat data di Asia Pasifik, dengan faktor pendukung yang bisa menjadi acuan bagi Indonesia.

“Faktor-faktor ini perlu diterapkan di Indonesia, terutama dalam hal memudahkan proses perizinan, ketersediaan infrastruktur, dan energi bersih untuk mendukung sektor data center,” kata Budi Arie.

Dengan potensi besar yang ada, Indonesia diharapkan dapat memaksimalkan peluang ini, namun energi bersih dan andal akan menjadi kunci utama dalam memastikan keberhasilan sektor bisnis baru ini.

Komentar