Satika Simamora Sang Pejuang Kaum Tenun Ulos Tapanuli Utara

Di tengah keputusasaan ternyata ada jalan keluar. Sang pria menunjukan ulos yang telah dibawa. “Ini Ulos yang ibu inginkan, sudah saya buat. Tapi, lihatlah tangan saya bu,” ujar pria tersebut ditirukan Satika Simamora.

Melihat tangan pria penenun Ulos yang penuh sayatan luka membuat hati Satika Simamora tersentuh. Ternyata membuat sebuah Ulos pada zaman nenek moyangnya tidak lah mudah, butuh pengorbanan waktu dan darah.

Benang halus yang merupakan dasar material Ulos tanpa disadari menyayat jari jemari dan tapak tangan hingga mencecerkan darah.

Satika Simamora pun jadi teringat pada masa Opungnya (Atok), warna merah yang mendominasi Ulos ternyata perpaduan darah dan warna putih berasal dari keringat, yang melekat di benang Ulos.

Begitulah tingkat kesulitannya zaman dahulu membuat Ulos di tengah keterbatasan peralatan, pengetahuan maupun bahan baku benang yang masih sulit didapat.

Mendengar dan melihat langsung kondisi penenun Ulos tersebut, Satika Simamora pun dengan tegas menjanjikan sesuatu hal yang membuat pria penenun tersebut bernapas lega. “Jangan bilang saya, ibu Bupati, kalau kalian tidak makan,” ungkap Satika Simamora pada penenun pria tersebut.

Janji yang telah dilontarkan membuat Satika Simamora harus putar otak. Dengan pengalaman fashion (modis) dan banyaknya teman di Jakarta, Satika Simamora menawarkan kerjasama dengan sejumlah desainer.

Diajaknya desainer-desainer top ibukota untuk melihat hasil karya Ulos yang dihasilkan para penenun Tapanuli Utara.

Fashion Ulos

Para desainer yang diajak Satika Simamora melihat langsung produksi Ulos Tapanuli Utara, terkagum menyaksikan perjuangan para penenun yang sanggup berjam-jam duduk seharian mengeyam kain dengan peralatan tradisional menjadikan gulungan kain menjadi Ulos yang bernilai.

Satika Simamora dengan pedenya menyampaikan tanggapan kepada para desainer Jakarta. “Kira-kira pantas tidak kita angkat untuk Fashion.” Bergumam di hati Satika Simamora, berharap semoga Ulos Tapanuli Utara mendapatkan apresiasi dari teman-teman desainernya!

“Ini bagus banget. Justru ini temuan terbaru bagi dunia fashion. Karena selama ini fashion yang diangkat hanya bernuansa Batik,” ucap Satika Simamora menirukan komentar teman desainernya.

Tak ingin kesempatan emas tersebut hilang, Satika Simamora tanpa buang waktu langsung mengkonsep event bertemakan Fashion Ulos.

Dengan kepiawaan dan kecerdasan Satika Simamora, meminta Fashion Ulos ditampilkan oleh wanita berhijab. Tujuannya adalah agar Ulos dapat diterima oleh masyarakat luas di seluruh penjuru tanah air.

Terselenggaranya Fashion Ulos di Jakarta seluruhnya disupport oleh Satika Simamora, tanpa melibatkan anggaran pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Begitulah pengorbanan janji sosok Satika Simamora yang ingin mengangkat Ulos hingga mendunia.

Keberadaan Ulos kini telah diterima dan melekat di hati masyarakat Indonesia. Motif-motif Ulos Batak dipadukan pada baju, tas, jaket, sarung, selendang dan juga pernah-pernik yang dijadikan souvernir khas Batak.

Janji Terpenuhi

Kegigihan dan perjuangan Satika Simamora kini dirasakan oleh penenun Ulos di Tapanuli Utara. Janji Satika Simamora membuat penenun makan terwujudkan. Seiring dengan waktu, orderan atau pesanan Ulos telah banyak diterima oleh para penenun dari berbagai daerah.

“Saya ibu Bupati pun kalau pesan udah tidak diterge lagi,” gurau Satika Simamora seraya membeberkan, pendapatan penenun sekarang ini lebih dari 9 juta per kapita.

Melimpahnya orderan kain Ulos khas Tapanuli Utara inilah yang sangat diidamkan Satika Simamora. Membuatnya puas dengan hasil kerja kerasnya mempromosikan Ulos ke penjuru dunia telah terealisasikan. Bahkan, kini desa-desa lainnya telah membuka diri mengikuti jejak kesuksesan Huta Nagodang.

Diakui Satika Simamora, setiap event fashion tingkat nasional, penampilan fashion Ulos selalu memperoleh peringkat pertama, baik dari segi tekstil tenun Ulos. Hal ini membuktikan Ulos telah mendapat pengakuan nasional.

Martondikan Ulos Mu

Dalam kunjungan Tim Ekspedisi Geopark Kaldera Toba yang diinisiasi Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) ke Kampung Ulos Huta Nagodang, 5 Februari 2023, dalam rangkaian Hari Pers Nasional (HPN) 2023, Satika Simamora berpesan kepada masyarakat Tapanuli Utara khususnya penenun-penenun Ulos, untuk bangga memakai hasil olahan kain Ulos.

Menurut Satika Simamora, lawan terberat bagi penenun Ulos adalah diri kita sendiri sebagai orang Batak, karena tidak mau memakai tenun Ulos untuk kebutuhan sehari-hari. Penenun masih berpikir seribu kali untuk memakainya, karena satu tenunan yang dijual, hasilnya bisa dapat menyekolahkan anaknya.

Komentar