Seri Ke-2 Buku KemenKopUKM: Koperasi Modern Jadi Kunci Hilirisasi dan Industri Menengah Nasional

JurnalPatroliNews – Jakarta – Seri ke-2 dari 7 Buku Serial bertajuk Pengarusutamaan Strategi Pengembangan Koperasi dan UKM yang diterbitkan Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) pada 2024 mengulas terkait Rumah Produksi Bersama (RPB) dan Minyak Makan Merah dengan menekankan pada Koperasi Modern Memutar Roda Hilirisasi dan Industri Menengah Nasional.

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki dalam keterangannya di Jakarta, Senin (14/10), mengatakan buku kedua tersebut mengungkapkan potensi besar koperasi modern dalam mendorong hilirisasi dan menguatkan industri menengah nasional.

Fokus utama buku ini tertuju pada inovasi dan manfaat dari dibangunnya RPB dan minyak makan merah, serta menunjukkan bagaimana koperasi dapat menjadi motor penggerak ekonomi nasional.

Di berbagai kesempatan, MenKopUKM Teten Masduki menegaskan bahwa dibangunnya pabrik yang dikelola oleh koperasi, termasuk Rumah Produksi Bersama (RPB) bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk UMKM.

“Dibangunnya pabrik yang berkualitas industri, tergantung dari komoditas unggulan dan yang diberikan alat sederhana, tetapi berkualitas industri agar ada peningkatan kualitas produk,” kata Menteri Teten.

Selain itu, tujuan RPB adalah untuk mendukung industrialisasi. Tidak hanya usaha besar tetapi juga melibatkan UMKM.

Begitu juga dengan kehadiran pabrik minyak makan merah. Ia meyakini, keberadaan minyak makan merah akan meningkatkan kesejahteraan petani sawit.

“Adanya pabrik yang dikelola oleh koperasi, maka petani mendapat nilai tambah dari kebun sawitnya. Bukan hanya dijual TBS tapi bisa diolah. Minyak makan merah bisa dirasakan dan membawa perubahan pada kesejahteraan petani,” ucap MenKopUKM.

Menteri Teten menegaskan, keluarnya buku itu merupakan upaya KemenKopUKM dalam mendokumentasikan sejumlah ide yang muncul dari sejumlah pejabat di kementeriannya.

“Kami terus berupaya membuat koperasi dan UMKM agar bisa berkembang lebih maju dan baik di masa mendatang,” katanya.

Sejalan dengan hal tersebut, Asisten Deputi Pengembangan dan Kawasan Rantai Pasok KemenKopUKM Ali Alkatiri mengungkapkan, satu hal yang harus menjadi pengarusutamaan isu ke depan, pertama hadirnya RPB sebagai upaya hilirisasi komoditas unggulan di masing-masing daerah.

Ditegaskannya, hilirisasi ini akan mensyaratkan upaya petani, pekebun, perajin, hingga petambak yang tadinya hanya menjual bahan mentah, kini menjual bahan setengah jadi atau bahan jadi, yang bisa terkoneksi dengan level industri yang lebih tinggi.

“Tidak ada lagi konglomerasi besar yang menguasai hulu-hilir, tapi industri UMKM bisa menguasai rantai pasok,” ucapnya.

Selama ini, pihaknya melihat, terdapat inequality pada struktur ekonomi, berimbas pada lapangan kerja yang disediakan, sehingga RPB hadir mengatasi ini.

Komentar