JurnalPatroliNews – Jakarta, 9 April 2025 – Wacana Indonesia mengimpor liquefied natural gas (LNG) kembali mencuat di tengah sorotan terhadap potensi defisit pasokan. Namun, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memastikan bahwa untuk saat ini, kebutuhan LNG nasional masih bisa ditopang oleh produksi domestik.
Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, menegaskan bahwa Indonesia belum perlu mengambil langkah impor. Menurutnya, pasokan untuk kebutuhan April hingga Mei 2025 telah berhasil dipenuhi dari ladang-ladang gas dalam negeri.
“Alhamdulillah, untuk permintaan April-Mei sudah aman, kita masih bisa penuhi dari dalam negeri. Jadi, belum ada impor LNG,” kata Djoko di sela peluncuran proyek OLNG FEED Masela, Rabu (9/4/2025) di Jakarta.
Meski demikian, Djoko tidak menutup kemungkinan impor bisa dilakukan jika situasi mendesak. Saat ini, SKK Migas masih melakukan kajian dan evaluasi terkait kebutuhan ke depan.
“Kalau nanti memang ada kebutuhan yang mendesak, baru kita evaluasi lebih lanjut. Tapi sekarang kita fokus optimalkan pasokan lokal dulu,” tambahnya.
Sementara itu, data dari Kementerian ESDM menunjukkan adanya penurunan serapan gas domestik. Sepanjang 2024, konsumsi dalam negeri tercatat sebesar 3.881 bbtud, atau turun 4,76% dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 4.075 bbtud. Sebaliknya, volume ekspor justru meningkat 6,19%, dari 1.794 bbtud menjadi 1.905 bbtud.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia turut menyampaikan bahwa ke depan, pemerintah berencana mengalihkan pasokan ekspor gas pipa ke Singapura untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya ke wilayah Batam.
“Gas ke Singapura kemungkinan akan kita alihkan ke Batam karena kebutuhan domestik diperkirakan akan naik signifikan,” ujarnya.
Adapun rincian konsumsi gas domestik tahun 2024 adalah sebagai berikut:
- Industri: 1.473 bbtud (40%)
- Listrik: 707 bbtud (19%)
- LNG domestik: 695 bbtud (19%)
- Pupuk: 690 bbtud (19%)
- LPG domestik: 77 bbtud (2%)
- Gas kota dan bahan bakar gas: 19,43 bbtud (1%)
Komentar