Dengan skenario seperti itu nggak bakal ada kesempatan bagi Prabowo untuk menyerap para pendukung Anies di putaran kedua. Lantaran nggak ada lagi cerita “putaran kedua” segala.
Dalam pemilu istilahnya menang “landslide”. Dalam dunia bisnis namanya “windfall profit”. Dalam mimpi Bang Japar disebut “rejeki nomplok”.
Tentu itu semua dengan pertimbangan pragmatis elektoral, sementara faktor lain (misalnya ideologis) dianggap subordinasi dari pertimbangan pertama.
Soal isu “pengkhianatan” yang diangkat Andi Arief dari Partai Demokrat, dimana sebelumnya mereka mengusung AHY untuk jadi wakil Anies, tak perlu jadi cerita panjang. Itu semua bisa diatur. Bersama PKS yang memang piawai dalam ihwal atur-mengatur.
Hmm… kalau begitu ceritanya, make sense juga sih.
Kita kira, kubu Prabowo tentu mesti mendesain ulang strateginya demi menghadapi wacana baru ini.
Komentar