Indonesia Gelap atau Indonesia Terang Benderang? Tergantung Cara Pandangnya!

Oleh: Andre Vincent Wenas

Sebetulnya Indonesia sedang gelap gulita atau terang benderang?

Ya itu tergantung cara pandangnya. Bagi kaum minim literasi tentu semuanya gelap gulita, walau berada ditengah siang hari bolong. Tapi bagi yang sudah baca teliti Instruksi Presiden No 1 Thn 2025 tentang “Efisiensi Belanja Dalam Pelaksanaan APBN & APBD Tahun Anggaran 2025” semuanya terang benderang.

Instruksi Presiden No 1/2025 ini cuma 6 halaman, itu pun dua halaman (pertama dan terakhir) cuma halaman judul dan terakhir halaman tanda tangan. Jadi cuma empat halaman saja yang perlu diteliti dan didiskusikan.

Bbagi para mahasiswa dan kaum melek huruf mestinya tidak terlalu berat untuk membacanya dengan teliti. Lalu mendiskusikannya di ruang perpustakaan secara mendalam, menilik intensi serta implikasinya.

Artinya, para mahasiswa bisa menjadikan Inpres yang cuma enam halaman ini sebagai suatu wacana intelektual, khas mahasiswa yang kritis dan cerdas. Bukan dengan aksi turun ke jalan, bakar ban, bikin kegaduhan. Apa lagi kalau cuma diperalat atau ditunggangi pihak-pihak yang sedang bermasalah dengan pemerintah.

Bukan asal demo sekedar untuk tampil gagah-gagahan. Belajarlah dari Soe Hok Gie yang mau berdemo setelah lebih dulu mempelajari tema (alasannya) dalam lingkaran studi atau kelompok diskusinya. Pembicaraan itu dijadikannya diskursus intelektual di kalangan kampus untuk kemudian ia tulis (artinya jadi pikiran yang terstruktur) dalam berbagai artikel kritis yang kemudian ia publikasikan.

Baru setelah itu, kalau memang perlu turun ke jalan berdemo, menggelar parlemen jalanan. Bukan lantaran ada sponsor atau korlap yang bagi-bagi uang jajan Rp 40 ribu per orang lalu teriak-teriak di jalan, bakar ban, bikin macet dan bikin susah rakyat yang lagi giat mencari sesuap nasi di tengah siang hari bolong.

Kalau begitu kejadiannya, cobalah tilik siapa yang jadi biang keladi kegaduhan sosial ini. Jadilah kritis dengan bersikap adil sejak dalam pikiran. Jangan mau diperalat oleh mereka yang masih menyimpan dendam pasca kalah pilpres.

Soal Pendidikan, ini masih menjadi prioritas pemerintah, dan catat ya, tidak ada pemotongan anggaran atau pemangkasan apapun. Uang Kuliah Tunggal (UKT) pun tidak ada kenaikan. UKT ini adalah dana kuliah yang harus dibayarkan mahasiswa per semester, dengan besaran yang berbeda-beda berdasarkan kesanggupan ekonomi orang tua atau walinya.

Lalu aspek kesehatan rakyat masih tetap menjadi agenda penting negara. Tambah lagi program cek kesehatan gratis dihadirkan, dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Sedangkan anggaran yang dialihkan alokasinya dimaksudkan untuk menghindari kebocoran, khan lebih baik dana itu dimanfaatkan untuk kemaslahatan rakyat.

Efisiensi dari alat tulis kantor (ATK) bisa mencapai Rp 40 triliun, khan lebih baik dimanfaatkan untuk membeli gabah petani. Dengan demikian bisa menyelamatkan jutaan petani di seluruh Indonesia.

Komentar