Gibran di Persimpangan Politik: Semua Bergantung pada Prabowo

Pesan itu tampaknya ditujukan pada lingkar kekuasaan baru: bahwa jika Gibran dilengserkan, maka efeknya bisa merembet ke posisi Prabowo. Maka, bagi Prabowo, menjaga stabilitas adalah prioritas mutlak. Stabilitas politik dan kekuasaan menjadi prasyarat untuk membangun warisan pemerintahan yang kuat dan bermakna.

Selama situasi tetap terkendali dan posisi Prabowo tidak terusik, maka isu pemakzulan Gibran kemungkinan besar hanya akan jadi riak politik sesaat. Namun, jika dinamika kekuasaan mulai mengancam posisi Prabowo, maka tombol pemakzulan yang kini tertidur bisa sewaktu-waktu diaktifkan.

Dan bila satu tombol menyala, tombol lain bisa ikut menyusul. Dalam skenario terburuk, bukan hanya Gibran yang menjadi sasaran, tapi juga Prabowo. Seperti yang disampaikan Jokowi, mereka datang sebagai satu kesatuan. Maka jika satu jatuh, bukan tak mungkin yang lain akan ikut terguncang.

Di sisi lain, publik menanti reshuffle kabinet. Para pendukung Prabowo yang telah berjibaku di masa kampanye berharap diberi tempat. Setelah tujuh bulan menunggu, sebagian mulai gelisah. Sementara itu, para pejabat lama yang merupakan ‘warisan’ pemerintahan sebelumnya, satu per satu bisa saja tersingkir.

Siklus kekuasaan tidak pernah abadi. Dalam politik, siapa pun yang bertugas tahu bahwa setiap posisi memiliki masa kedaluwarsanya. Semua hanya soal waktu dan momentum.

Komentar