Indonesia Termasuk 7 Keajaiban Ekonomi Dunia!

Oleh: Andre Vincent Wenas

Itu menurut kajian Ruchir Sharma, Ketua dari Rockefeller International. Ia menulis di harian bergengsi Financial Times (FT) edisi 26 September 2022, “The Seven Economic Wonders of a Worried World.”

Indonesia dianggap masuk sebagai salah satu keajaiban ekonomi dunia bersama Vietnam, India, Yunani, Portugis, Saudi Arabia dan Jepang.

Ketujuh negara ini dianggap sebagai survivor dari krisis global lantaran Covid-19 serta dampak konflik di Eropa Timur. Mereka tetap kuat menjaga pertumbuhan ekonomi sambil mengendalikan inflasi walau moderat. Serta mampu menjaga kegairahan pasar. Itu semua dianggap jadi faktor penting, sementara di banyak negara lain pemerintahnya limbung dalam menghadap situasi dunia seperti sekarang ini.

Apa sebab Indonesia bisa kuat menghadapi krisis global itu? Kekuatan sumber-daya (alam dan manusia) yang berhasil dikelola dengan baik telah jadi bukti daya tahan ekonomi Indonesia. Populasi 276 juta orang diolah jadi pasar yang sangat ‘resilient’ sehingga menyebabkan ekonomi domestik mampu jadi pengimbang ekonomi ekspor.

Untuk ini kita boleh apresiasi kebijakan Presiden Jokowi yang telah berani menempuh jalan terjal hilirisasi tambang. Kita pun menanti terealisasinya program hilirisasi di sektor pertanian, kelautan, kehutanan, dan tentu saja manufaktur.

Tentu kita sepakat dengan kebijakan mengelola sumber-daya alam yang mengedepankan kepentingan nasional. Seperti larangan ekspor bahan mentah serta realokasi subsidi yang tidak tepat sasaran serta Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang terarah langsung ke lapisan bawah (termasuk UMKM). Termasuk dana desa. Ini semua telah banyak membantu penguatan ekonomi lapisan bawah.

Daya beli rakyat dikuatkan sementara potensi korupsi di atas dipotong. Karena kalau keburu dikorupsi di atas, biasanya dana itu dilarikan keluar, dan ini capital-flight! Tapi kalau digelontorkan langsung ke bawah via BLT misalnya, bisa terjadi konsumsi serta produksi yang dampaknya menggairahkan pasar lokal.

Kita semua tentu berharap, agar Indonesia bisa terus unjuk gigi sebagai salah satu keajaiban ekonomi dunia yang sedang galau ini. Belajar dari kajian Ruchir Sharma terhadap kebijakan ketujuh negara itu secara singkat:

Pertama, investasi besar-besaran di infrastruktur (kasus Vietnam). Kedua, pengelolaan sumber-daya alam dan manusia (kasus Indonesia). Ketiga, Investasi baru di bidang layanan digital dan manufaktur (kasus India). Keempat, Yunani bangkit kembali dari investasi asing serta pariwisata. Kelima, Portugis juga demikian ditambah kebijakan pensiun serta golden-visa yang menarik banyak pengunjung sekaligus investor.

Keenam, Saudi Arabia melakukan diversifikasi bisnis, kebijakan pelonggaran larangan terhadap kaum perempuan, para pekerja dan wisatawan, termasuk kegiatan bisnis hiburan malam. Realokasi pemanfaatan uang minyak ke pembangunan infrastruktur, termasuk 10 kota pintar (smart-cities).

Ketujuh, Jepang yang agak mengejutkan, menurut Sharma upah buruh di Jepang bisa lebih rendah dibanding China. Dan dengan nilai tukar Yen yang turun telah mendorong ekspor.

“Recover Together, Recover Stronger”, Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat.

Kerja… kerja… kerja…

Andre Vincent Wenas Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.

Komentar