Saat GEN-Z Mengibarkan Bendera Putih (Atau Hitam)

Oleh: Radhar Tribaskoro
Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia

Indonesia, negeri yang katanya kaya raya, ramah tamah, dan demokratis. Negeri yang dibangun di atas mimpi para pendiri bangsa. Sayangnya, mimpi itu kini berubah jadi mimpi buruk kolektif. Gen Z, generasi yang katanya “pemilik masa depan“, mulai sadar bahwa masa depan itu ternyata sudah dibeli tunai oleh oligarki. Disewa jangka panjang oleh para penguasa serakah. Dan ketika mereka coba protes, yang mereka dapat justru cemoohan, tudingan, bahkan ancaman.

Di tengah keputusasaan itu, dua slogan lahir dari rahim frustrasi: #IndonesiaGelap dan #KaburAjaDulu.

Ketika Nyala Harapan Sudah Dipadamkan

Bukan, ini bukan soal pemadaman bergilir PLN. Ini jauh lebih dalam. #IndonesiaGelap adalah akumulasi rasa muak terhadap sistem politik yang korup, hipokrit, dan penuh sandiwara murahan. Korupsi tak lagi sekadar penyakit, tapi sudah jadi ekosistem. Bahkan jadi kurikulum tidak resmi di sekolah kekuasaan.

Bayangkan, sepuluh tahun lalu negara hampir ambruk hanya karena bail out Rp6,7 triliun. Kini, angka korupsi berlari di kisaran ratusan hingga ribuan triliun. Negara tetap berdiri, tapi rakyatnya yang makin terbenam. Dulu, skandal berjuta-juta saja sudah bikin satu kabinet goyang. Sekarang? Triliunan raib dan reaksinya? “Biasa aja, Bro. Toh rakyat lupa juga nanti.”

Gen Z menatap semua itu tanpa filter. Mereka tidak punya beban romantisme orde lama, tidak punya trauma reformasi. Yang mereka punya adalah akal sehat dan data—dan semua data itu menunjukkan hal yang sama: Indonesia tenggelam dalam kegelapan. Mereka menyusun 13 tuntutan. Bukan untuk gagah-gagahan, bukan karena mereka naif. Justru karena mereka sadar, kalau tidak sekarang, kapan lagi? Kalau bukan mereka, siapa lagi? Tapi respons dari para elit? Diam, nyinyir, atau lebih parah: pura-pura tidak dengar.

Ketika Bertahan Bukan Lagi Pilihan

Kalau #IndonesiaGelap adalah teriakan terakhir, maka #KaburAjaDulu adalah keputusan dingin setelah semua teriakan itu dipadamkan. Ini bukan lagi tentang idealisme. Ini tentang logika bertahan hidup.

Generasi ini sudah mencoba. Mereka turun ke jalan, mereka bersuara di media sosial, mereka bikin gerakan, petisi, bahkan platform edukasi politik. Apa hasilnya? Mereka dilabeli “anak kemarin sore”, “nggak ngerti sejarah”, “kurang baca”. Sementara itu, para politisi yang “sudah kenyang pengalaman” malah sibuk kenyang uang.

Akhirnya Gen Z mengambil jalan paling waras: pergi. #KaburAjaDulu bukan tentang lari dari tanggung jawab. Ini tentang menjaga kewarasan. Kalau kapal sudah bocor, semua awak korup, dan nahkoda mabuk kekuasaan, kadang pilihan terbaik adalah melompat ke laut, berenang sejauh mungkin, sebelum ikut tenggelam.

Komentar