Oleh: Andre Vincent Wenas
Partai politik yang benar-benar terbuka, atau istilah kerennya “Super-Terbuka” atau “Super-Tbk”. Maksudnya? Maksudnya partai politik yang dimiliki oleh para anggotanya, bukan dimiliki oleh keluarga tertentu atau oleh para segelintir oligark, elit partai.
Ide yang disodorkan Jokowi ini cukup menggoncang blantika perpolitikan kita. Seperti biasa, ada yang menyambutnya dengan positif dan antusias, ada yang biasa-biasa saja, dan ada yang nyinyir atau negatif. Tapi yang jelas ide ini telah jadi perbincangan atau wacana publik yang menarik.
Koran Singapura ‘The Straits Times’ (March 16, 2025) mengulasnya dengan tajuk “Indonesia’s ex-president Jokowi plans to form ‘Super Party’ to boost political influence”. Menarik juga mencermati pandangan negara tetangga yang maju ini.
Dalam pengamatan mereka, lima bulan setelah lengser sebagai presiden Indonesia, Jokowi masih disibukkan dengan antrean orang-orang yang ingin menemuinya di rumahnya di Solo, Jawa Tengah. Ini fakta. Tapi untuk mereka rela antri di gang sempit itu, ya untuk apa? Untuk meminta nasihatnya, menyampaikan petisi, atau sekadar mengucapkan terima kasih atas kontribusinya bagi negara. Atau hanya untuk berfoto ria dengan figur yang mereka idolakan. Itu saja.
Postingan media sosial Jokowi juga menjadi bahan pengamatan. Disebut Jokowi menyoroti pertemuannya dengan klub sepak bola setempat, mahasiswa, dan tokoh masyarakat. Atai sekedar makan sate di warung sekitara Solo. Semua aktivitas sosial ini, menurut mereka mencerminkan pengaruh politiknya yang berkelanjutan.
Jokowi diketahui juga sempat menyambut tokoh-tokoh terkemuka termasuk pengusaha Mochtar Riady (Lippo Group) dan keluarganya, mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad, dan yang terbaru, Hashim Djojohadikusumo, saudara laki-laki dan sekarang juga menjabat sebagai penasihat (utusan khusus) Presiden Prabowo Subianto.
Tentang kunjungan Dr Mahathir dan putrinya Marina pada 26 Februari 2025 yang baru lalu, Jokowi pernah membaginya di laman Facebooknya. Ia bersama Ibu Iriana, menjamu tamu dari negeri jiran itu dengan “berdiskusi aktif sambil makan di rumah kami, membeli batik, dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Solo”, begitu katanya. Jadi semacam ‘tour-guide’ istimewa bagi tamu istimewa juga.
Komentar